Hai, salam 6 agama!
Lama banget ga ketemu sama Dinda ya?
Ada yang kangen ga sih? Or ada yang nungguin epilog nya update? Maaf banget karena publishnya ga sesuai sama yang aku targetkan.
Siap meramaikan? Pasti dan harus siap dongg!
tandai typo!
H A P P Y R E A D I N G !
--
Shita dan Vanessa berdiri di depan ruang IGD dengan harap-harap cemas. Setelah mendengar kabar bahwa Cakra sudah tiada, tubuh Kaila seketika limbung. Saking terkejutnya, Ia tak kuat untuk menopang tubuhnya sendiri.
Sedangkan di dalam ruang IGD, dokter ber-nametag Shella itu menatap dokter Steven lalu tersenyum. Dokter Steven berjalan keluar ruangan. Sesaat sampai di tempat Shita dan Vanessa berdiri saat ini, ia tersenyum. "Biarkan dokter Shella yang menjelaskan. Saya akan pergi mengecek jenazah Cakra." ucapnya yang mendapat anggukan dari dua wanita paruh baya itu.
Atensi teralih saat dokter Shella keluar dengan wajah sumringah. Shita dan Vanessa hanya mengerutkan kedua keningnya bingung. "Ada apa, dokter? Apa terjadi sesuatu terhadap putri saya?" tanya Vanessa berturut-turut.
Shella menggeleng pelan, "tidak ada yang perlu di khawatirkan. Ini hanya pengaruh dari kondisi janinnya yang masih lemah." jelasnya membuat Shita maupun Vanessa terbengong.
Deg!
"J.. janin?" serunya bersamaan.
Dokter Shella mengangguk. "Saat ini, Kaila sedang mengandung. Dan usia kandungannya baru memasuki minggu ke 2."
Lagi dan lagi, keduanya di buat terbengong, "m-minggu kedua?" Dokter Shella mengangguk mengangguk lalu terkekeh pelan.
Vanessa dan Shita saling tatap, sebelum keduanya kembali menatap dokter Shella. "Kami boleh masuk?" hanya anggukan yang didapat.
Di dalam ruangan, Kaila kini sudah membuka kedua matanya. Kepalanya berdenyut saat Ia berusaha menyesuaikan cahaya. Di ruangan serba putih dan bau khas obat-obatan. Kini, ia tau sedang berada dimana.
Sesaat kemudian, atensinya teralih saat terdengar suara pintu di buka. "Kai." Vanessa tersenyum melihat putrinya yang sudah sadar.
Perlahan tapi pasti, air mata Kaila kembali mengalir. "Cakra beneran ninggalin aku, ya?" lirihnya bergetar.
"Hei, anak Bunda ngga boleh sedih! Cakra tidak pergi dengan tangan kosong," Vanessa menjeda ucapannya, membuat Kaila mengerutkan keningnya.
"Cakra menitipkan baby disini." bisiknya seraya mengelus perut rata putrinya.
Deg!
"B-baby?"
Shita mengangguk cepat seraya tersenyum tipis, "iya, baby. Baby Cakra junior."
Kaila menggelengkan kepalanya tak percaya. Lagi dan lagi tuhan membuatnya terkejut. Kabar bahagia ini, seharusnya bisa di dengar oleh Cakra. Namun, Cakra lebih dulu meninggalkannya sebelum mendengar kabar menggembirakan ini. Dadanya kembali sesak saat ingatan di mana ucapan Cakra beberapa waktu lalu bersarang di kepalanya.
"Semoga segera ada baby disini. Biar bisa nemenin kamu dan juga El."
Tanpa sadar, air mata kembali mengalir dengan deras. Ia menundukkan kepala. Tangannya bergerak mengelus perutnya yang masih rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
ꜱᴛᴏʀʏ ᴋᴀɪʟᴀ [ ᴛᴀʜᴀᴘ ʀᴇᴠɪꜱɪ ]
Randomᴡᴀᴊɪʙ ꜰᴏʟʟᴏᴡ ꜱᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ ᴛᴇᴇɴꜰɪᴄᴛɪᴏɴ. -- Memiliki prinsip, menikah sekali seumur hidup. Ia akan mempertahankan apa yang berhak ia pertahankan. Namun, pernikahan yang di penuhi dengan kebencian, apa berhak untuk di pertahankan? Kisah seorang gadis...