"Tata Nana?"
***
Hari ini si kembar sedang aktif-aktifnya. Terlebih hari ini adalah jadwal Papa mengajak mereka pergi ke pantai. Bukan pantai yang ramai pengunjung, karena si kembar mungkin tidak nyaman jika ada banyak orang di sekitar mereka.
Keadaannya masih kondusif, keempat pria kecil itu kini tengah bermain pasir pantai dan membuat istana pasir. Bahkan mereka sudah berbagi tugas, Rendi bertugas membuat bangunan utama, Jean membuat tembok pembatas, Harsa dan Jana mengumpulkan pasir basah.
Sebenarnya hanya Jana sih yang mengumpulkannya, karena Harsa tiba-tiba saja tertarik dengan benda kecil yang tiba-tiba saja bergerak dibalik pasir pantai.
Sambil membuka sebungkus rotinya yamg selalu ia bawa di saku celana, Harsa kecil berusa untuk mengikuti arah pergerakan benda kecil tersebut. Mulutnya terus mengunyah, sedangkan matanya masih fokus menatap benda kecil tersebut.
'Mengamati itu butuh tenaga, bung!' - Harsa si Pencinta Permen Jelly
Lantas hal tersebut disadari oleh Jana yang baru saja akan mengambil pasir basah kembali. Entah sudah berapa tumpuk pasir yang telah ia kumpulkan, padahal istana pasir tidak membutuhkan pasir sebanyak itu.
Jana yang terlalu bersemangat bekerja.
Bukannya kesal, Jana malah tersenyum lebar melihat aktivitas saudara kembarnya itu. Ide jahil mendadak tercipta di otaknya dan semakin menggila ketika melihat Harsa mengerucutkan bibirnya sebab benda yang ia lihat tadi tiba-tiba saja menghilang, ditambah kedua pipinya yang mengembung karena roti coklat yang dimakannya.
SIAPA PUN, JANA TIDAK KUAT DENGAN SEGALA KEIMUTAN INI!
Jana mendekat pelan-pelan. Sudah seperti pencuri profesional saja jika dilihat-lihat. Ketika ia sampai di belakang Harsa pun, saudara gembulnya itu tidak menyadarinya.
Lantas senyum Jana semakin lebar, kedua tangan kosongnya sudah bersiap dan ember kecilnya sudah hilang entah kemana. Hanya tinggal menghitung saja hingga-
"DOR! ACA YAGI PA?!" / BRUKK!
Sial bagi Harsa, pria kecil itu mendadak jatuh terkelungkup karena terkejut dengan teriakan Jana. Roti collatnya yang sisa setengah jatuh begitu saja dan basah karena ombak yang juga memabasahi pakaiannya.
"HAHAHAHA ACA ATUH!"
Bukan tawa cempreng khas Harsa yang Jana dengar, melainkan si gembul itu kini tengah menatapnya dengan kedua mata yang berairnya juga bibirnya yang melengkung kebawah.
Harsa mencebik kesal, saudaranya yang lain bukannya menolongnya malah menertawainya dari kejauhan. Ditambah tawa Jana yang mulai memenuhi kedua telinganya. Sungguh, ia sangat kesal. Kedua matanya memanas, dan pria kecil itu mulai sesenggukan.
"Hiks.. yotina Aca atuh! Huwaa!!"
Bagus Harsa, Jana mulai gelagapan dan menatap ke sekeliling seperti pencuri yang ketahuan. Untung saja Papa sedang tidak melihat ke arah mereka berdua, jadi Jana cepat-cepat membantu Harsa untuk bangun dari jatuhnya, karena sepertinya saudara gembulnya sudah nyaman dengan posisinya yang berbaring terkelungkup seperti itu.
"Aca maapin Nana ya, hucc hucc.. nda boyeh angic! Nti yotina Nana, Nana acih ke Aca."
Tentu Harsa yang mendengar kalimat emas itu mendadak terdiam, mata bulatnya menatap Jana dengan ragu. Saudara kembarnya yang satu ini susah sekali ditebak, terkadang jahil namun terkadang juga menjadi aneh.
"Ndak boong, tan?"
Jana menggeleng cepat, lalu menyodorkan kelingking kanannya.
"Tata Nana Nji!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NEBULA | 00L NCT Dream ft. Mark Lee
Fanfiction"Bahkan di tempat yang mengerikan seperti Nebula saja, masih tersisa harapan di sana." *** Sejak awal tempatnya berada memang sudah mengerikan bagi mereka yang menjadi bagian dari Keluarga Mahendra. Si sulung Jonas yang tak pernah lepas dari bayang...