"-gak semua orang suka kejutan ya?"
***
"Hihihi! Jeje au ayak Yayah!"
"Harus dong! Jeje makannya harus banyak! Biar ototnya besar kayak Ayah!"
Jeffran menatap tak tenang ke arah adik-adiknya yang mendadak berada di rumah Pak Wijaya. Meskipun dalam hati ia lega, karena tidak terjadi apa-apa terhadap mereka, namun tetap saja ia masih merasa resah.
Tadi, saat ia tengah mengobrol bersama Pak Wijaya, Jonas tiba-tiba saja datang membawa keempatnya kemari. Entah apa yang membuat abangnya itu datang untuk menitipkan mereka. Dan setelahnya, Jonas pergi dan hanya menyuruhnya untuk tetap berada di rumah Wijaya sampai pria itu menjemput mereka nanti.
"BANG EYAN! AYUK AIN MA YAYAH!!"
Tiba-tiba saja teriakan Rendi menyadarkannya dari lamunan yang sempat menjerat kesadarannya. Lantas ia menatap keempatnya dengan senyum dan dimple di kedua pipinya. Mereka semua terlihat sangat bersemangat, terlebih keempatnya yang kini tengah menempeli Pak Wijaya layaknya pohon.
"Udah gak usah mikir yang gak-gak."
Setidaknya mereka aman di sini.
Ya, setidaknya keempatnya akan aman bersamanya. Ia akan melindungi mereka, sampai kapan pun.
"Makasih, Pak Wi-"
"YAYAH ACA AU NDONG!"
"YENDI AU UGA, YAH!"
"MINGGIY! JEJE DUYUAN YA!"
"HUWAA NANA DIINGGAY!"
"-jaya."
Setidaknya mereka senang berada di sini.
Kedua matanya tak sengaja melihat plester dengan motif dinosaurus berwarna kuning di lengan Jana.
Ah iya!
Hari ini adalah jadwal si kecil itu berkunjung ke rumah sakit! Bagaimana ia bisa lupa?! Bodoh Jeffran!
"Nana sama abang aja ya."
Jeffran dengan mudahnya meraih tubuh kecil itu dan menggendongnya dengan hati-hati.
"AA NDAA!"
"Huss... Jangan kenceng-kenceng teriaknya, nanti suaranya abis."
"Hihihihi... maap, Bang Eyan. Nana au ain pecawat!!"
Jeffran tersenyum puas dengan reaksi Jana. Meski keempatnya itu terkadang rewel dan menyebalkan, namur suara tawa mereka selalu berhasil membuat hati siapa pun luluh, termasuk Jeffran yang berkali-kali harus menahan rasa gemasnya.
"Ay-ay, Captain! Pesawatnya akan segara lepas landas!"
"Huwaa! Nana teybang!"
Sontak keduanya merenggut perhatian dari ketiga bocah yang kini sudah bergelayut nyaman di tubuh Pak Wijaya. Ketiganya menatap Jeffran dan Jana dengan kedua mata mereka yang berbinar, seperti menemukan harta karun saja.
"KAK SHA BAWA COOKIES! SIAPA YANG MAU?!"
"JEJE AU!"
"YENDI UGA!"
"ITUUTT! ACA ITUUT!"
Bukannya menjawab Alisha, ketiganya malah berebutan untuk digendong Jeffran. Untung saja rumah Pak Wijaya ini agak jauh jaraknya dari rumsh tetangga sebelah, srhingga keributan yang diperbuat oleh keempat bocah tersebut tidak begitu mengganggu para tetangga.
"Udah nih? Kak Sha sedih banget karena gak dianggep nih."
Alisha menatap mereka dengan wajah yang kentara sekali bohongnya, bahkan Pak Wijaya saja yang melihatnya hanya dapat mendengus kesal. Putrinya itu benar-benar tidak jago berakting. Untungnya Pak Wijaya buru-buru masuk ke dalam, sehingga pria paruh baya itu tak perlu melihat adegan konyol semacam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEBULA | 00L NCT Dream ft. Mark Lee
Fanfiction"Bahkan di tempat yang mengerikan seperti Nebula saja, masih tersisa harapan di sana." *** Sejak awal tempatnya berada memang sudah mengerikan bagi mereka yang menjadi bagian dari Keluarga Mahendra. Si sulung Jonas yang tak pernah lepas dari bayang...