☆12. Di tempat yang mereka sebut rumah☆

1.6K 214 12
                                    

"Apa yang kamu harapkan, Mada?"

***

Beberapa hari setelah menghilang dari pandangan si kembar, Mada akhirnya kembali meski masih harus menggunakan bantuan Jeffran untuk berjalan. Jonas juga sudaah kembali aktif bekerja, ya meski sebenarnya pria itu terpaksa karena Papa.

Aktivitas di rumah Mahendra juga sudah berjalan dengan normal. Ya, setidaknya tidak dengan tantrum Harsa yang mulai memenuhi setiap sudut rumah besar tersebut. Bayangkan saja betapa kacaunya.

"HUWA ACA NDA AU JEYYI!"

PUK!

Jeffran menghela napasnya lega. Setidaknya ia tidak terkena lemparan Jelly dari si gembul yang tengah mengamuk itu.

"HIKSS... BANG EYAN AHAT!"

Nah kan. Jeffran sebenarnya agak kewalahan menghadapi Harsa jika sedang tantrun seperti ini. Berbeda dengan kembaran yang lainnya, Harsa ini yang paling heboh dan berisik. Padahal Jean dan Jana saja jika sudah digendong pasti sudah tenang. Jika Harsa beda lagi, permintaannya harus dituruti dulu agar ia bisa tenang.

Masalahnya,

"Mada lagi sakit, Aca. Sini biar Abang aja yang gendong kamu."

"NDAK AU! BANG EYAN AHAT!"

Sulit sekali untuk membujuknya.

Jeffran paham, Harsa perlu diberi pengertian terhadap hal-hal yang sulit untuk dipahami oleh balita-balita seumurannya. Lagipula, balita dengan pikiran seperti orang dewasa lebih banyak ada di dalam series dibanding kehidupan nyata, bukan?

"Iya Abang jahat. Maafin Abang ya. Tapi,"

Jeffran akhirnya menyerah, pria itu memutuskan untuk mengangkat tubuh si gembul itu, tak peduli jika si kecil memberontak di dalam gendongannya dan semakin menangis keras.

Ia membawa Aca menuju lantai atas, menuju kamar Mada. Meski ia agak ragu karena Mada baru saja beristirahat setelah meminum obatnya, namun Harsa perlu diberi pengertian. Untungnya ketiga adiknya yang lain tengah tidur siang dan tidak terusik oleh suara teriakan Harsa yang memekakan telinga tadi.

Cklek...

Dibukanya pintu bercat biru tersebut dan menampilkan Mada yang kini tertidur pulas  di kasurnya. Untungnya tangisan Harsa mulai melirih, mata bulatnya menatap Mada sendu. Sungguh ia sangat ingin bermain dengan Abang favoritnya itu!

"Aca memangnya gak kasihan liat Mada sakit? Punggung sama kakinya Mada sakit, gak bisa jalan sendiri."

Harsa mengalihkan tatapannya pada Jeffran yang menggendongnya. Kedua mata basahnya menatap Abang keduanya itu seperti ingin kembali menangis.

Jeffran menutup kembali pintu kamar Mada dengan pelan.

"Sekarang mau gimana? Aca tega buat Mada tambah sakit?"

Harsa menggeleng cepat. Tentu saja tidak! Dia tidak ingin Abangnya sakit! Nanti siapa yang akan mengajaknya bermain?! Memasakkan telur keasinan atau mungkin memainkan gitar untuknya. Tentu hanya Mada yang bisa melakukannnya.

"Caa nta maaf." Ucapnya lirih.

Pria kecil itu lalu menyenderkan kepalanya ke dada Jeffran, sepertinya ia lelah karena menangis cukup lama.

"Iya, Abang maafin. Lain kali jangan lempar-lempar makanan lagi ya. Gak boleh gitu, nanti makanannya sedih."

Harsa mengangguk pelan. Ia jadi menyesal karena lebih memilih untuk menangis dibanding melempar jelly-jelly miliknya. Padahal tadi Abangnya itu memberikan Jelly lebih banyak daripada jatah hariannya.

NEBULA | 00L NCT Dream ft. Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang