"Udah lama ya, Yudh-..."
***
Mada menggeleng kaku ketika tubuhnya mulai diangkat oleh Yudha. Jujur, kakinya melemas hingga tak bisa ia gunakan untuk sekadar menahan beban tubuhnya. Bahkan pertanyaan dari orang-orang yang bersahutan tak dapat ia dengar dengan jelas. Yang hanya ia ingat hanyalah raut wajah panik dari beberapa orang yang menatapnya, lalu setelahnya entah bagaimana caranya ia sudah berada di punggung Yudha.
"To-tolong keponakan saya!"
Entah berapa lama Yudha berlari, hingga akhirmya mereka sampai pada fasilitas kesehatan terdekat. Lantas pria paruh baya itu membaringkan Mada pada sebuah brankar yang telah dipersiapkan oleh beberapa petugas di sana.
Meski Mada tak bisa mendengarnya dengan jelas, namun ia tahu jika Yudha kini sangat panik.
Sial baginya yang tak dapat menggerakkan tubuhnya. Seluruh sendinya tidak lagi berfungsi, sedangkan kesadarannya mulai terenggut sedikit demi sedikit.
"-Da?! Mada?!"
Mada mengernyitkan keningnya, kedua telinganya berdengung tak karuan dan pandangannya mulai memburam. Dalam penglihatan minimnya, ia dapat melihat seseorang yang terlihat panik menghampiri mereka. Dia-
Kegelapan mulai merenggutnya.
***
"Da da da da! Hehe..."
Jana yang menatap Harsa dengan tatapan bingungnya. Kembarannya itu mendadak tertawa sendiri sambil mengadu boneka beruang milik si gembul itu dengan boneka kelinci miliknya.
"Icch boneta-na napa di ituyin?!"
Tentu bukan Jana yang memarahi Harsa, melainkan Rendi yang sudah bersiap dengan tatapan tajamnya.
"Ic Yendi ngan nggu! Aca gi ayin au! Ni tuh, ni tu oneta-na gi acih yam."
"Ha?"
Jeffran yang baru saja datang langsung kebingungan, terlebih dengan apa yang diucapkan oleh Harsa. Bahasa bayinya masih begitu rumit untuk dimengerti, terlebih oleh Jeffran yang memang masih dalam tahap mempelajarinya.
"Udah-udah. Yuk mandi dulu! Abis itu kita makan ayam goreng!"
"YEY! YAM!"
"ACAA!! Beyicik au! Yendi tan adi kaget!"
Sontak yang lainnya menutup kedua telinga mereka karena suara nyaring Harsa sepertinya hampir membuat mereka tuli. Untungnya Jeffran dengan sigap menggendong si gembul itu dan memberikan kode untuk tidak berteriak, karena Jean masih terlelap di kasurnya.
"Ayo makan dulu, kasian Bang Jo nunggu lama."
"Ndong!"
Lantas pria itu mengangkat tubuh si gembul itu dan mengajak yang lainnya untuk keluar dari kamar tersebut untuk pergi menuju meja makan.
"Yendi au ahana ayam, boyeh?"
"Nana uga!"
Jeffran lantas tersenyum, "Boleh kok. Tadi abang beli banyak."
"Hehe mam!"
***
Bugh!
"Saya sudah mengatakan pada anda untuk menjauhi anak saya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NEBULA | 00L NCT Dream ft. Mark Lee
Fanfiction"Bahkan di tempat yang mengerikan seperti Nebula saja, masih tersisa harapan di sana." *** Sejak awal tempatnya berada memang sudah mengerikan bagi mereka yang menjadi bagian dari Keluarga Mahendra. Si sulung Jonas yang tak pernah lepas dari bayang...