"Nana nda dicuntik yagi kan, Pa?"
***
"Kemana aja kalian?"
"PAPA!"
Ketiganya putra kecil Mahendra berlari memeluk sang Papa yang kini tengah duduk di sofa. Suasana hati ketiganya kini sedang baik, wajar mereka masih aktif hingga menjelang malam seperti ini. Tidak seperti Jana yang masih tidur digendongan Jeffran. Ya, si kecil itu hanya bangun untuk makan camilan sebelum pulang. Setelahnya malah tidur lagi.
"Paa! Adi Aca ain nyak nan!"
"Ainan, Aca! Ukan Nan."
"Icc! Yendi yem duyu! Aca omongna ama Paa, ukan Yendi!"
"Papa, Aca. Papa, ukan Paa!"
"Yendi!"
Yudhis menghela napasnya panjang. Rendi dan Harsa terkadang bisa jadi sangat lengket, namun terkadang juga keduanya seperti air dan minyak yang sulit untuk menyatu. Untungnya Jana dan Jean adalah tipe yang lebih tenang, meski terkadang sama saja.
"Udah-udah. Papa paham kok sama apa yang Aca omongin. Tadi udah makan?"
Yudhis mengangkat tubuh Harsa, karena putranya yang satu itu sudah mengulurkan kedua tangannya terlebih dahulu, meminta untuk digendong. Sifat manjanya Harsa memang berbeda.
Jeffran yang sempat terdiam beberapa saat akhirnya berjalan meninggalkan ruang tengah menuju kamar si kembar. Jana tidurnyabpulas sekali, ia jadi tidak tega untuk membangunkannya.
"Udah Paa! Dii Aca mam nyak!"
"Aca abicin cemuana, Pa! Unya Jeje uga diminta ama Aca!"
"Unya Yendi uga diambil, Pa!"
"Icc! Aca ma nta ikit, au!"
Mulai lagi.
"Udah-udah ya. Kalian gak cape apa ribut mulu? Istirahat ya. Besok kita jalan-jalan!"
Ketiganya terdiam menatap Papa dengan kedua nata nereka yang berbinar. Harsa yang berada digendongan sang Papa lantas memiringkan kepalanya, tangan mungilnya menyentuh pipi sang Papa sambil bertanya.
"Yan?!"
Yudhis lantas mengangguk dan membuat ketiganya bersorak heboh.
"YEYY JAYAN-JAYAN!"
***
"Udah gue simpen filenya. Gak ada yang perlu lo takutin, Jo. Semuanya aman, gak ada yang rusak ataupun hilang."
Jonas tersenyum pada sosok misterius di balik salah satu pintu apartemen yang gelap. Wajar, ini sudah lewat dari tengah malam. Dan nampaknya si penghuni apartemen tersebut tidak menyalakan lampu unitnya.
Cukup lama pria jakung itu menunggu di depan pintu sebuah unit apartemen berangka ganjil. Tidak ada seorang pun, kecuali ia yang masih setia berdiri di sana. Hingga sosok misterius itu membuka pintu, sedikit hingga hanya terlihat seseorang yang mengintip dari dalam.
"Lo masih inget kan sama konsekuensi yang lo dapetin kalo lo gagal?"
"Ya. Gue udah cari alternatif lain kalo aja rencana utama kita gagal. Gue tinggal nunggu perintah dari lo aja buat mulai."
Bukan senyuman, namun seringaian Jonas yang terlihat menyeramkan mulai terlihat.
"Gue mau liat dulu seberapa kuat mereka buat ngelawan."
KAMU SEDANG MEMBACA
NEBULA | 00L NCT Dream ft. Mark Lee
Fanfiction"Bahkan di tempat yang mengerikan seperti Nebula saja, masih tersisa harapan di sana." *** Sejak awal tempatnya berada memang sudah mengerikan bagi mereka yang menjadi bagian dari Keluarga Mahendra. Si sulung Jonas yang tak pernah lepas dari bayang...