☆49. Jeffran☆

892 125 10
                                    

"Gue gak bisa nerima dia-"

***

"Banyak banget belinya."

Alisha menahan senyumnya ketika sang Ayah mengomentari keberadaan kue-kue yang ada di nampannya itu.

"Buat bayi, Yah. Besok kan mau ketemu si kembar."

Bohong sekali. Jelas semua itu adalah sogokannya untuk Jeffran, karena ia sempat mematikan sambungan teleponnya secara sepihak dengan pria itu kemarin. Tapi jika ia jujur kepada sang Ayah, sudah pasti pria paruh baya berotot itu menghubungi Jeffran dan mengolok-oloknya sekarang juga.

Yah, nyatanya hubungan Jeffran dengan Ayahnya tetap saja seperti kucing dan tikus. Keduanya, terutama yang lebih tua masih memegang erat rasa gengsinya. Sedangkan yang lebih muda masih takut-takut untuk mendekati yang lebih tua.

"Ayah jadi kangen mereka berempat. Besok-besok bawa mereka ke sanggar ya, biar bisa ayah main di sanggar."

Alisha hanya tersenyum menanggapi permintaan sang ayah.

Semenjak pria itu menjadi pelatih di sanggar milik Doni, ia jadi lebih sering berada di sanggar daripada di rumah. Terlebih kini Ayah sudah pensiun dari pekerjaan lamanya, tentu berdiam diri di rumah tidak akan membuat otot-ototnya itu nyaman.

"Minta aja sama Bang Jonas. Ayah kan sering ketemu sama dia di sanggar."

"Hehe, Ayah malu aja buat mintanya. Mau dikemanain coba muka ayah kalo minta main sama adek-adeknya Jonas?"

Alisha mendengus kesal. Ayahnya itu memang agak lain, ia jadi bingung untuk menanggapinya.

***

"RAWRRRR! LION MAU HAP KALIAN SEMUA!"

"AAAAAAKKHHHH!"

Keempat balita tersebut berlari berhamburan menjauhi Mada yang kini tengah menggunakan topeng singanya sambil menakuti keempatnya. Tawanya sudah menggelegar sejak tadi, terlebih ketika ia lihat keempatnya benar-benar ketakutan karenanya.

Matanya mengedar, melihat siapa-siapa saja yang bersembunyi darinya. Harsa tentunya menjadi mangsa yang empuk baginya, namun sayangnya Mada masih sayang dengan kedua telinganya. Sungguh suara teriakkan si gembul itu yang paling nyaring dibanding ketiga kembarannya yang lain.

Tapi jika Mada memilih untuk menangkap Jean, ah tidak! Ia trauma karena si kecil itu suka sekali membuat kekerasan padanya. Terakhir kali ia membuat Jean kesal, si kecil itu malah dengan sengaja memeluk lehernya erat-erat sampai ia kesulitan untuk bernafas. Itu sangat mengerikan!

Jika memilih Rend- TIDAK! Itu tidak akan berhasil!

Baiklah! Ia sudah selesai memilih. Jana adalah sasaran yang paling ideal untuknya.

"RAWRRR!"

Mada berlari mengitari sofa tempat para balita tersebut bersembunyi, sengaja untuk mengulur waktu karena permainannya baru saja dimulai. Tidak seru jika berakhir begitu saja. Sedangkan kedua matanya masih mengunci pergerakan sasaran, Jana yang kini malah asyik rebahan bersama Harsa yang terus-terusan berjongkok sambil menyembunyikan wajahnya di punggung Rendi. Berbeda Jean yang malah ikut berlari di belakang Mada sambil ikut menakuti saudara-saudaranya yang lain.

"YAWYY!"

Teriakan Jean terdengar penuh dengan semangat sampai-sampai membuat Mada sendiri terkejut karena lupa jika adiknya itu kini tengah berada di belakangnya.

"RAWRR! Lion lihat ada mangsa di depan sana! Siap-siap kalian yang bersembunyi di balik sofa! RAWR!"

Mada berusaha untuk menahan tawanya kala suara bisik-bisik Rendi dan Harsa mulai terdengar di kedua telinganya. Nampaknya si gembul itu telah mengusik si galak Rendi sehingga kembar sulung itu kini marah-marah pada adik kembarnya tersebut.

NEBULA | 00L NCT Dream ft. Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang