"Apakah mereka membenci saya?"
***
Cklekk...
Jeffran muncul dari balik pintu dan langsung disuguhi oleh tatapan polos dari ketiga adik kembarnya. Ya hanya tiga, karena Harsa kini tengah tertidur pulas dipelukan Jean. Pria kecil itu terlihat sangat nyaman. Bahkan ketika Jeffran membuat suara gaduh ataupun pergerakan tiba-tiba dari Jean, Harsa sama sekali tidak terganggu.
"Maaf ya, Abang lama. Tadi Abang sekalian siapin makan malem, kalian pasti udah laper kan?"
Ketiganya terlihat sumringah ketika Jeffran mengucapkan kata makan. Tentu mereka sangat lapar, karena itu perut-perut bayi mereka perlu makanan.
"Je, Aca biar Abang pindahin dulu ya. Duh kasian banget adeknya Abang yang satu ini, pasti berat kan?"
Lantas Jean menggeleng cepat.
"Nda beyat, pi adan Jeje adi atit ikit. Ya! Cuma ikit aja!" Ucapnya sembari menyipitkan mata kanannya sembari memberikan gestur seolah-olah ia tengah mengapit benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuknya.
Jeffran yang tak tahan lantas mengusak rambut si kembar kedua itu sembari tersenyum gemas. Pintar sekali adiknya itu. meski terkadang mereka selalu membuatnya lelah karena kerandoman keempat adiknya itu, namun tetap saja Jeffran menganggap mereka yang tergemas.
Jeffran mengangkat tubuh kecil Harsa dengan hati-hati, membebaskan Jean dari pelukan si beruang kecil yang tengah terlelap ini. Ia sesekali menepuk-nepuk pantatnya pelan ketika si kecil mulai menggeliat tak nyaman.
"Nah, sana ke dapur. Udah ada Bang Mada juga loh, tapi jangan diganggu ya. Jangan minta gendong dulu ke Bang Mada. Makanan kalian udah Abang siapin di meja. Kalo ada sesuatu, bilangnya ke Abang aja. Oke?"
Ketiganya mengangguk. "OTE!" Setelahnya mereka berlari meninggalkan Jeffran yang masih menggendong Harsa.
Jeffran gelagapan ketika ketiganya berteriak cukup keras dan membuat Harsa sedikit terganggu. Tentu, si kecil itu merengek karena tidurnya terganggu.
"Sstt.. tidur lagi ya."
***
"Bang Mada!"
Ketiganya berlari antusias menghampiri Mada yang sudah siap dengan makanannya di meja. Remaja itu tersenyum lebar kala ketiga adik kecilnya itu terlihat sangat lucu berlari ke arahnya.
Seperti kurca- Eh bukan! Pangeran kecil.
"Jeje yapey!"
Mada tentu paham jika ketiganya kini sedang lapar karena belum makan siang. Jeffran sebelumnya telah memberitahunya, dan kakaknya itu sibuk menyiapkan banyak makanan untuknya dan juga adik-adiknya. Bukan rahasia lagi jika Jeffran itu jago memasak, meski hanya masakan sederhana seperti roti lapis ataupun telor mata sapi dan kecap. Setidaknya makanan buatan Jeffran lebih terjamin dibanding buatannya.
Mada yang terparah soal urusan memasak. Hal tersebut bahkan sudah diakui oleh Harsa, si ahli makanan di keluarga Mahendra.
Ngomong-ngomong tentang Harsa,
"Aca kok gak ikut? Kalian gak ninggalin Aca sendiri di kamar, kan?"
Lantas ketiganya menggeleng cepat, sambil menatap Mada dengan kesal. Mana berani mereka meninggalkan Harsa sendirian. Bukan apa-apa, masalahnya tangisan Harsa itu seperti mimpi buruk, nyaring dan sangat mengganggu.
"Nda boyeh nuduh! Acana gi iduy au!"
Oke. Mada paham sekarang. Pantas saja Jeffran tidak ikut kembali ke dapur bersama mereka. Lantas ia tersenyum gemas pada Rendi yang baru saja meneriakinya kesal.
"Iya-iya maafin Abang ya. Adek-adek imutnya Abang senyum dong, katanya mau makan. Nanti makanannya kabur kalo kalian jutek gitu."
"Eung? Beneyan?"
Kini Jana mulai bersuara, wajahnya menatap polos pada Mada yang sudah tak tahan untuk tidak tersenyum gemas. Ahh,, serius ini adalah bagian yang paling sulit untuk Mada lewati!
"Ya bener. Yuk doa dulu, baru kita makan."
Ketiganya mengangguk bersamaan, setelah berhasil menaiki kursi yang cukup tinggi untuk mereka.
Ya, bagusnya didikan Yudhis. Meski di sisi lain mereka terlihat masih sangat kekanakan, namun di sisi lainnya mereka juga diajarkan untuk menjadi pribadi yang mandiri dan pintar.
***
"Tama."
Pria berjas putih itu nampak terkejut ketika mendapati seseorang yang sangat dikenalinya berada di ruangannya. Duduk dan menatapnya dengan tatapan yang tak pernah dapat ia tebak. Tentu, ia adalah Yudhis.
Meski sudah beberapa kali bertemu akhir-akhir ini, namun Tama belum dapat membiasakan diri untuk bertemu dengan Yudhis. Ini adalah rekor terbarunya bertemu dengan Yudhis, karena sebelumnya mereka tidak begitu dekat.
"Eh? Tumben Om Yudhis ke sini malam-malam, apa ada yang perlu saya bantu?"
Lantas pria paruh baya itu tersenyum manatapnya yang kini tengah salah tingkah. Oh ayolah, meski Tama telah bertemu banyak orang di rumah sakit ini, namun tetap saja mentalnya belum terlalu siap untuk bertemu Yudhis yang terkenal dengan sikap kerasnya. Ia jadi takut salah bicara dihadapan pamannya itu.
"Maaf, saya baru bisa ke sini sekarang. Masih sama seperti yang kemarin. Benar lukanya tidak parah? Saya selalu melihatnya kesakitan ketika berjalan."
Tama mengangguk dan membalas senyum pamannya tersebut. Lantas ia menutup pintu ruangannya dan duduk di sofa yang menghadap ke arah pamannya tersebut.
Meski Yudhis tak menyebutkan secara spesifik, namun ia tetap paham dengan apa yang Yudhis katakan. Pamannya itu setiap hari menemuinya untuk menanyakan hal yang sama.
"Sudah saya pastikan, Om. Saya yakin tidak ada yang perlu di khawatirkan, saya jiga telah menambah beberapa obat yang harus dikonsumsi olehnya."
Tama dapat mendengar dengan jelas pamannya itu menghela napas lega.
"Syukurlah. Apakah ada hal lain yang dapat membantu proses penyembuhannya?"
Tama mengangguk untuk merespon pertanyaan kedua dari Yudhis. "Tentu ada. Om Yudhis harus menjaga pola makannya ya. Hal itu akan sangat berpengaruh untuk proses penyembuhan lukanya."
Tama yakin ia tidak mengatakan hal yang salah atau menyinggung, namun tiba-tiba suasana di ruangannya berubah menjadi lebih sendu kala Yudhis tiba-tiba saja melunturkan senyumnya.
"Tama, satu pertanyaan lagi dari saya."
Ia mengangguk untuk mengiyakan permintaan Yudhis.
"Apakah mereka membenci saya?"
***
Halo... Jujur harusnya sih kemarin Ji Up, tapi malah kelupaan karena harus ke luar kota dan baru keinget ketika ngeliat notifikasi😭🙏
Maaf ya karena lama gak update. Kemarin-kemarin ada sesuatu yang harus dikerjain. Semoga kedepannya bisa lebih lancar lagi ya. Makasih♡
KAMU SEDANG MEMBACA
NEBULA | 00L NCT Dream ft. Mark Lee
Fanfiction"Bahkan di tempat yang mengerikan seperti Nebula saja, masih tersisa harapan di sana." *** Sejak awal tempatnya berada memang sudah mengerikan bagi mereka yang menjadi bagian dari Keluarga Mahendra. Si sulung Jonas yang tak pernah lepas dari bayang...