"Masa lalu gak ngerubah lo, Yudha."
***
"Gue harus pergi, Yudhis."
Remaja yang lebih muda menggeleng ribut. Kedua matanya memerah dan berair, sedangkan kedua tangannya menggenggam kuat.
"Terus gue gimana, Yudha?! Ibu, abang, mereka semua sayang sama lo, Yudha!"
Tanpa menjawab, Yudha masih sibuk memasukkan semua pakaiannya ke dalam tas besarnya. Tekadnya sudah bulat, hari ini ia harus pergi jauh dari rumah yang selama ini menjadi tempatnya bernaung. Rumah yang telah menorehkan luka serta rasa sakit yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya.
Lantas remaja itu menggendong tasnya dan berjalan cepat keluar dari kamarnya, diikuti oleh Yudhis yang masih berteriak membujuknya untuk tidak pergi.
"Yudh-Yudha?! Kamu mau kemana, Nak?!"
Tentu, hal tersebut membuat semuanya menatap terkejut. Terutama sang ibu yang baru saja selesai dari tugas-tugasnya di dapur.
"Yudha! Jawab pertanyaan ibu!"
Seketika suasana berubah menjadi hening. Yudha mendadak kehilangan keberaniannya untuk mengatakan niatnya untuk pergi dari rumah, terlebih ketika ia lihat raut wajah sang ibu yang terlihat cemas.
"Yu-Yudha mau pergi dari sini, Bu."
Semuanya menatap ke arah Yudha dengan raut wajah terkejut mereka, kecuali Yudhis yang sudah menangis di belakang, sambil berusaha untuk mengagalkan niat Yudha untuk pergi.
"Ke-kenapa, Nak? Yudha marah sama Ibu? Maafin Ibu. Tapi gak gini caranya. Ibu gak mau kamu pergi ninggalin Ibu."
Sejujurnya Yudha tak kuat jika harus dihadapkan oleh tangisan ibunya. Tapi-
"Bagus kalau kamu sadar diri. Memang sejak awal saya gak punya anak cacat seperti kamu! Yudhis masih lebih baik dari kamu yang gak tau caranya berterima kasih ke orang tua!"
"Cukup, Pak!"
-tekadnya sudah bulat. Suasana di rumah ini tidak lagi bersahabat dengannya. Atau mungkin sejak awal kehadirannya tak pernah diinginkan dalam rumah ini.
"Makasih, Pak. Sekarang Yudha gak akan mgerepotin Bapak lagi. Bapak gak perlu khawatir, anak cacat ini memang seharusnya gak hadir di keluarga ini.-"
Air matanya tanpa sadar menetes membasahi wajahnya. Sesekali ia mengusap air matanya dengan kasar menggunakan lengannya.
"Yudha sayang kalian semua. Yudha harus pergi. Terima kasih buat semuanya."
"GAK! YUDHA GAK BOLEH PERGI, NAK!"
Remaja itu tetap berjalan keluar dari rumah itu, mengabaikan suara raungan Ibunya serta sang ayah yang mulai menahan tubuh Ibu dan Yudhis yang ingin mengejarnya. Sedangkan kakaknya hanya berdiam diri, membeku sambil menatapnya dengan tatapan yang tak terbaca.
Dan hingga sejak itu, Yudha tidak lagi kembali ke rumah besar itu.
Ada dendam yang tak pernah ia sampaikan pada siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEBULA | 00L NCT Dream ft. Mark Lee
Fanfiction"Bahkan di tempat yang mengerikan seperti Nebula saja, masih tersisa harapan di sana." *** Sejak awal tempatnya berada memang sudah mengerikan bagi mereka yang menjadi bagian dari Keluarga Mahendra. Si sulung Jonas yang tak pernah lepas dari bayang...