☆20. Ancaman☆

1.5K 189 28
                                    

"Kali ini gue gak akan biarin lo kabur."

***

"Nana aak! Pecawatnna yendi yang bawa nih! Brrrmmmm..."

"IH YENDI! Pecawat tuh unyina utan gitu!"

Harsa menatap jengah kedua kakak kembarnya yang malah sibuk bertengkar, alih-alih menyuapi Jana yang sudah siap membuka mulutnya. Untung Harsa juga diberi sendok oleh Papa tadi, karena takut sigembul rewel.

Lantas tangan kecilnya mengambil sedikit bubur dari mangkok yang ada di tengah-tengah ranjang.

"Nana mam ama Aca aja cini. Jeje ama Yendi bicik nget! Aak! Ayo uta muyutna!"

"Aak."

Lucunya Jana malah meniru suara Harsa sebelum akhirnya menerima suapan dari kakak beda 5 menitnya itu.

"Mamna nak?"

Lantas Jana mengangguk sambil tersenyum lebar hingga kedua matanya menyipit. "Aca uga mam ya, antian Nana cuapin!"

"Au yam na!"

"Otte!"

Ya. Pada akhirnya mereka berdua malah saling menyuapi satu sama lain, dan mengabaikan kedua saudaranya yang kini tengah menatap mereka dengan bibir yang sama-sama mengerucut. Siapa lagi jika bukan Rendi dan Jean? Mereka juga kan ingin disuapi.

"Eh? Kok kalian diem-diem aja? Yuk dimakan bubur ayamnya. Sini Papa suapin!"

Papa yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung mengambil alih sendok yang sudah Rendi anggurkan di mangkok bubur. Lantas pria itu menyuapi keduanya secara bergantian.

"Aa! Pesawatnya mau dateng! Brrmmm brrmmm...."

"TUH KAN UNYINA CAMA!"/"PAPA!"

***

"Makasih ya, Bang. Udah nganterin Mada ke sekolah."

Jonas mengangguk sambil tersenyum. Tangan besarnya beralih mengusak rambut adiknya yang baru saja membuka pintu mobil.

"Jangan lupa makan ya. Maaf abang gak sempet buatin sarapan. Nanti siang Abang jemput."

Mada mengangguk bersemangat. Sebelum remaja itu keluar dari mobil, ia sempatkan menoleh ke Jonas.

"Mada masuk dulu ya. Makasih Abang! Bye!"

Mendadak Jonas membeku kala Mada melambaikan tangan padanya. Adiknya itu masih terlihat menggemaskan, masih seperti Mada yang sama ketika semuanya masih baik-baik saja. Tidak ada yang berubah, kecuali sikapnya yang makin dewasa.

Tiin... Tiin..

Pria itu akhirnya melajukan mobilnya untuk memberi akses pada beberapa mobil di belakangnya.

Aneh. Hari ini tidak seperti biasanya. Tidak ada penjaga gerbang yang biasanya akan menertibkan mobil milik wali murid seperti biasanya.

***
"

Aca kayah!"

"Yeyy!"

Mendadak Harsa mengerucutkan bibirnya. Si gembul itu seperti ingin menangis saja, setelah gagal melawan Rendi dan Jean main tangkap bola. Permainan yang mereka buat sendiri, dan hukumannya adalah menyanyi.

NEBULA | 00L NCT Dream ft. Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang