"Angen..."
***
"HUWA ITUT! hikcc... hikcc..."
Jonas menahan tubuh kecil itu dengan satu tangannya. Gendongannya makin mengerat ketika gerakan dari si kecil itu makin menjadi-jadi. Terlebih ketika mobil Papa mulai meninggalkan halaman rumah, tangisan Harsa makin menjadi.
"Aca sama abang dulu ya hari ini."
"NDA! AU CEKOYAH! hikcc..."
Teriakan Harsa memang sangat menggelegar, bahkan hingga membuat telinga Jonas berdengung karenanya. Tapi mau bagaimana lagi? Harsa sedang kesal karena ditinggal oleh ketiga kembarannya yang lain.
Jonas tak habis pikir, mengapa Papa bersikeras menunda masa sekolah Harsa. Padahal seharusnya adiknya itu bisa untuk bersekolah dengan anak-anak yang lain.
"Kita beli es krim? Aca mau yang rasa coklat atau vanila?"
Si gembul itu lantas menghapus air matanya dengan lengan kecilnya, lalu menatap Jonas dengan kedua mata bulatnya.
"Hikcc.. eung? Ca au klat!"
Pria dewasa itu menghela napasnya lega. Untung sang adik mudah sekali dibujuk dengan makanan.
"Oke! Kita ke beli es krim, terus ikut abang ke kantor."
"YEAYY AIN!"
***
"S-Sha"
Jeffran menahan napasnya ketika ia mulai memasuki ruangan tersebut. Ketika ia mulai dapat menemui wanita yang selama ini menjadi sahabatnya, Alisha Putri Wijaya.
"Ayah lo serem banget ya."
Entah apa yang membuatnya ingin menceritakan sosok Pak Wijaya pada Alisha yang kini tengah terlelap dalam mimpinya. Tak ada sahutan dari si putri tidur, kecuali suar detak jam yang makin terdengar jelas di setiap detiknya.
Ruangan tersebut seketika hening, hanya ada sosok Jeffran yang terdiam sambil menatap tubuh sang putri tidur yang entah kapan akan terbangun. Meskipun Tama mengatakan jika Alisha kini telah baik-baik saja, namun tetap saja hatinya mulai cemas ketika ia melihat langsung kondisi sahabatnya itu.
"Ayah lo sayang banget sama lo, Sha. G-gue juga.. Gue juga sayang sama lo."
Andai saja Pak Wijaya ada di sini, mungkin ia tak akan diizinkan untuk masuk ke ruangan tersebut. Pria paruh baya itu belum sepenuhnya mempercayainya. Bahkan hanya sekadar menengok Alisha saja ia belum diperbolehkan. Ya, Jeffran meminta bantuan Tama serta Bundanya Alisha agar bisa menemui Alisha tanpa sepengetahuan Pak Wijaya.
"Gue pengecut banget ya, Sha."
Pada dasarnya, Jefran memang pria yang cengeng. Ia tak pernah bisa menahan air matanya untuk terlihat kuat. Dibandingan menahan sakit, menahan rasa sedih adalah hal yang paling melelahkan baginya.
"Coba aja kalo gue lebih berani, keluarga gue gak akan berantakan. Adek gue dan lo juga gak akan dalam bahaya. Dan mungkin... mungkin gue gak akan setakut itu buat ngakuin perasaan gue ke lo, Sha."
Meskipun isakannya makin menjadi, namun Jeffran mulai merasa jika beban yang selama ini menumpuk di dadanya kini telah menghilang entah kemana. Hatinya lega dan ia tidak lagi merasa lelah karenanya.
"Gue bodoh banget kan, Sha?"
"Iya."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
NEBULA | 00L NCT Dream ft. Mark Lee
Fanfiction"Bahkan di tempat yang mengerikan seperti Nebula saja, masih tersisa harapan di sana." *** Sejak awal tempatnya berada memang sudah mengerikan bagi mereka yang menjadi bagian dari Keluarga Mahendra. Si sulung Jonas yang tak pernah lepas dari bayang...