"Papa butuh Mada!"
***
Rendi mulai tenang digendongan Jonas setelah pria tersebut memberikannya segelas susu hangat. Ia awalnya bingung karena Rendi bukanlah tipe anak-anak yang suka menangis seperti Harsa. Tapi tiba-tiba Papa menggendong Rendi dengan keningnya yang telah memar entah karena apa. Untungnya ada salep pereda nyeri milik si kembar yang masih tersisa di kotak P3K. Karena keempatnya sama-sama tak bisa diam, jadi Papa punya banyak stok obat di rumah.
Tapi entah mengapa pria paruh baya itu tiba-tiba menitipkan Rendi padanya. Diikuti oleh Jean dan Jana yang mengekorinya dengan raut wajah mereka yang khawatir.
"Maapin Aca ya, Yendi. Aca nda cengaja kok. Jean au Aca nda cuka yempay-yempay!"
"Nana uga yiat Aca angic adi! Maapin Aca ya Yendi!"
Ah.. Harsa. Pantas si gembul itu tidak ada di sini. Ternyata Rendi menangis karena ulah si gembul.
"Yendi yang cayah... hikcc.. Aca pacti dimayahin Papa."
Nah kan, Rendi menangis lagi. Meski begitu, Jonas tetap tersenyum sambil mengusap-usap punggung adik kecilnya tersebut dengan bangga. Setidaknya, Rendi tak merasa dendam pada Harsa karena telah melukainya. Malah si kecil itu mulai khawatir dengan Harsa.
"Abis ini mandi dulu ya. Terus kita bobo!"
Jonas mulai mengkhawatirkan keadaan Harsa. Tapi ia yakin, Papa tidak akan pernah melukai si kembar.
***
"Kenapa sih sampe demam gini?! Bunda kan udah bilang jangan minum es terus!"
Alisha menatap sang Bunda dengan kedua matanya yang berkaca-kaca. Jujur kepalanya pening dan perutnya mual. Hidungnya juga tersumbat dan ia tak henti-hentinya bersin setelah memasuki kamarnya.
Salahnya karena ia terlalu memforsir tubuhnya untuk latihan hingga malam. Jeleknya lagi, ia malah minum air es setelah pulang latihan, padahal ia sudah merasa tubuhnya mulai tidak enak seharian ini. Jadilah malam ini ia tumbang dengan segala ocehan bundanya.
"Ssttt.. Anak Ayah sini peluk dulu! Pasti capek ya latihannya?"
Jika sudah seperti ini, Ayah pasti akan memanjakannya. Berbanding terbalik dengan Bunda yang harus mengomelinya dulu hingga puas.
"Ayah sama anak sama aja kelakuannya. Bunda kan udah bilang! Berhenti latihan-latihan kayak gitu! Kamu tuh cewek!"
"Cewek kan juga harus bisa bela diri, Bund."
Lantas wanita paruh baya itu menatap sang suami dengan tatapan super tajamnya dan membuat Pak Wijaya diam tak berkutik.
"Ayok sini Ayah pijitin punggungnya, kamu masuk angin sih pasti!"
Alisha sih mau-mau saja. Biasanya ia juga langsung sembuh jika sudah dipijat Ayahnya. Meskipun tangan sang Ayah kasar dan kokoh, namun tangan tersebut tidak pernah menyakitinya ataupun Sang Bunda. Tangan yang selalu menjaga keluarganya, Ayah dengan segala tingkah konyolnya akan selalu menjadi bagian terbaik dalam hidup Alisha.
"Makasih ya Ayah."
Ayah tersenyum hangat sambil memijat punggung Alisha dengan hati-hati. Punggung putrinya itu masih sangat kecil di genggamannya, hanya bertambah besar beberapa centi setelah Alisha beranjak remaja. Satu-satunya yang dekat dengannya, karena Keenan tak pernah semanja ini padanya. Sedangkan Leon-
KAMU SEDANG MEMBACA
NEBULA | 00L NCT Dream ft. Mark Lee
Fanfiction"Bahkan di tempat yang mengerikan seperti Nebula saja, masih tersisa harapan di sana." *** Sejak awal tempatnya berada memang sudah mengerikan bagi mereka yang menjadi bagian dari Keluarga Mahendra. Si sulung Jonas yang tak pernah lepas dari bayang...