"Mada mau gendong!"
***
Mada mengerjapkan kedua matanya berkali-kali ketika sayup-sayup terdengar suara tirai jendela yang ditarik. Keningnya mengernyit kala didapatinya hanya ada Jonas yang berada di kamar tersebut.
Ya, Jonas. Nyatanya pria itu masih setia menunggu adiknya semalaman di rumah sakit. Padahal ia juga belum beristirahat sejak kemarin, karena sempat menggantikan urusan Sang Papa di Kantor.
"Hai, Mada. Apa ada yang sakit? Perlu Abang panggilin Bang Tama?"
Mada menggeleng pelan sambil tersenyum. Jujur, luka-lukanya kali ini tidak sesakit luka yang ia dapatkan sebelumnya.
Ah, ngomong-ngomong tentang luka-
"Ka-Kak Sha dimana?"
Jonas terdiam sejenak. Ia baru ingat jika ia sama sekali belum menjenguk wanita tersebut.
"Bang Tama bilang gak ada yang perlu dikhawatirin. Mada gimana? Mau minum atau mau makan? Pasti Mada belum makan, kan? Mada mau makan apa?"
Bukannya menjawab, Mada malah tersenyum lebar. Sungguh ia tak menyangka jika sikap Jonas akan berubah baik padanya.
"Mada mau gendong!"
"Eh?"
Remaja itu malah tertawa ketika melihat ekspresi Abangnya yang kebingungan. Ya memang salahnya sih. Orang gila mana yang baru saja sadar langsung minta digendong?
"Mada mau digendong Abang, kayak dulu!"
Ah, Jonas mulai paham. Tapi tetap saja itu aneh!
"Tunggu Bang Tama dulu ya? Abang janji bakal gendong Mada nanti."
"Hm! Mau ketemu Kak Sha juga!"
Jona menghela napasnya pasrah. "Iya nanti."
***
Keempat putra kecil Mahendra kini tengah duduk dengan tenang di ruang tengah sambil memakan es krim yang sebelumnya dibelikan oleh sang Papa. Pantas saja tidak ada kebisingan di pagi menjelang siang hari ini, terlebih ketika ketiga kakak mereka sedang tidak berada di rumah.
"Paa! Dah abic! Aca au mam!"
"Iya, nanti ya. Telurnya belum mateng." Papa menyahut dari arah dapur, masih lengkap dengan peralatan masaknya.
Yudhis tahu nafsu makan Harsa itu lebih besar dibanding ketiga saudara kembarnya yang lain. Jadi ia selalu menyimpan banyak bahan makanan ataupun makanan siap jadi di kulkas.
"Nana nda au mam."
"Ic! Nana nda boyeh gitu! Inget nda katana Bang Eyan, kayo nda mam nanti Nana nda nteng aya Bang Eyan."
Jana mengerucutkan bibirnya, menatap kesal ke arah Rendi yang baru saja menasehatinya. Ya memang tidak ada yang salah sih dari ucapan si sulung kembar itu. Tapi hati kecilnya cukup tersinggung mendengarnya.
"Otedeh Nana uga mam biay nteng ayak Bang Eyan!"
Yudhis tersenyum lega mendengarkan percakapan putra-putra kecilnya. Setidaknya mereka tidak ada yang susah makan, karena jika ada salah satu dari mereka yang tidak mau makan, yang lainnya pasti akan membujuk saudaranya agar mau makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEBULA | 00L NCT Dream ft. Mark Lee
Fanfiction"Bahkan di tempat yang mengerikan seperti Nebula saja, masih tersisa harapan di sana." *** Sejak awal tempatnya berada memang sudah mengerikan bagi mereka yang menjadi bagian dari Keluarga Mahendra. Si sulung Jonas yang tak pernah lepas dari bayang...