☆55. Akhir yang tak pernah diharapkan☆

1.4K 94 12
                                    

"Maaf,"

***

Jonas meremat erat kemudinya, jantungnya terasa berpacu mengikut kecepatan kendaaran yang ia kemudikan saat ini. Beruntungnya ia karena akhirnya mereka menemukan Jeffran, meskipun dalam kondisi yang berbahaya.

Pada nyatanya, ia kini telah berada di belakang anak buah Wina yang tengah mengejar Jeffran dan Alisha jauh di depan sana. Doni yang kini duduk di samping kemudi tengah mengacungkan senjatanya kepada mereka dengan hati-hati. Pria itu sesekali menembaki mereka, meskipun pada akhirnya tak ada satupun yang mengenai mereka. Sebaliknya, beberapa peluru telah meretakkan kaca depan mobil mereka.

Doni mendengus kesal. Pria itu melirik Jonas allu mengisyaratkan pria itu agar tetap fokus mengemudi. Tangannya menunjuk celah yang terbentuk di sisi kanan jalanan yang ada dihadapan mereka. "Kita perlu buat ada di samping mereka, seenggaknya gue bisa buat mereka berhenti." Ucapnya dengan serius.

Jona mengangguk, dengan pandangan yang tetap fokus pada jalanan yang berada di hadapannya. Secepat mungkin ia melajukan kendaraannya, menyamai kendaraan dari anak buah Wina yang terus saja mengejar adiknya itu.

Jonas menahan nafasnya, "Gue harap kita berhasil." Gumamnya pelan.

***


"Tenang Yudha!"

Yudhis tak berhenti berteriak pada Yudha yang kini telah ada di dalam pelukannya. Pria itu menangis histeris ketika mendapati kondisi putranya yang jauh dari kata baik. Tentu hal tersebut membuat Yudhis juga ikut terpukul. Kondisi Mada membuatnya semakin takut, ia takut kehilangan putranya.

Kini putranya itu tengah berjuang di dalam ruangan dingin tersebut. Beberapa petugas terlihat sibuk dengan pekerjaan mereka, juga beberapa wajah-wajah dokter yang cukup familiar oleh Yudhis juga turut terlihat tergesa-gesa memasuki ruangan tersebut.

"M.. Mada harus hidup."

Yudhis mengangguk, "Tentu, Mada pasti baik-baik aja, Yudh. Lo harus percaya." Ucapnya yakin.

Sebaliknya, Yudha malah melepaskan pelukan dari saudara kembarnya tersebut. Kedua matanya yang memerah menatap Yudhis dengan begitu frustasi. "Bagaimana kalau mereka gak bisa nyelametin Mada? G-Gue gak bisa kehilangan Mada, g-gue," Ucapannya terhenti seketika kala pria itu sudah tak lagi sanggup membayangkan kemungkinan-kemungkinan lain yang akan terjadi.

Semuanya terlihat seperti mimpi buruk baginya. Ia tak lagi dapat berpikiran positif dan menganggap semuanya akan baik-baik saja hingga akhir.

Sedangkan yang lebih muda terus berusaha untuk menenangkan sang kakak yang terlampau frustasi. Ia terus saja menepuk bahu Yudha dengan pelan, "Lo harus percaya sama Tama, Yudha. Tama sayang sama Mada, dia gak mungkin biarin Mada pergi." Ucapnya dengan yakin.

***

Jeffran tak henti-hentinya melirik spion motornya, sesekali pria itu mengubah jalur kendaraannya guna menghindari peluru yang dilayangkan oleh mereka yang terus-terusan mengejarnya. Ini mungkin tak akan berhasil. Cepat atau lambat ia akan tertangkap, terlebih bahan bakar kemdaraannya sudah mulai menipis.

Sedangkan Alisha yang duduk dibelakangnya itu semakin mengeratkan pelukannya. Wanita itu tentu belum pernah berada pada situasi seperti saat ini. Beberapa hal terkait dengan senapan api tersebut tentu telah membuatnya ketakutan setengah mati. Tapi keteguhan hatinya untuk terus berada di sisi Jeffran membuatnya harus berusaha lebih kuat lagi. Tidak akan ada yang bisa melawan sisi keras kepalaya yang satu ini.

NEBULA | 00L NCT Dream ft. Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang