"Ini semua kesalahan saya, Pak."
***
"Hihihi... geyi! Peyut Nana geyi! Hhihihi!"
Yudhis tersenyum lebar kala keempat putranya itu tengah bermain-main di atas ranjang tempat Jana terbaring. Jana tertawa lirih dengan wajahnya yang terlihat pucat, seperti biasa. Padahal beberapa waktu yang lalu si kecil itu menangis keras karena lagi-lagi harus bertrmu dengan jarum suntik.
Ya, Jana belum terbiasa dengan benda tersebut. Terlebih ketiga kembaran lannya juga ikut menangis bersama Jana dan membuat perawat yang menemani mereka turut membantu Yudhis untuk menenangkan keempat putra kecilnya tersebut.
Hari ini adalah jadwal Nana untuk check up rutin ke rumah sakit. Si kecil itu harus menerima transfusi darah rutinnya hari ini, sehingga Yudhis harus menemani keempatnya di rumah sakit seharian.
Yudhis disadarkan oleh tarikan pelan dari kemeja yang ia kenakan. Lantas pria paruh baya tersebut menunduk, mendapati sosok mungil yang kini tengah menatapnya dengan sungkan.
"Kenapa Rendi?"
"Hihi.. Yendi au pipis, Pa. Boyeh nda kayo Papa anteyin Yendi ke toyiyet?"
Lantas Yudhis tertawa mendapati pertanyaan tersebut dari Rendi. Bisa-bisanya ia meminta izin seperti itu?! Siapa yang mengajarkan si kecil ini?!
Tentu saja, Mada lah orangnya.
Di antara yang lainnya, Mada adalah salah satu orang yang paling dekat dengan si kembar. Remaja itu lah yang paling banyak meluangkan waktu untuk adik-adiknya, bahkan mengajari mereka tentang berbagai hal yang seharusnya Yudhis lakukan kepada mereka semua.
Yudhis akui, ia masih tak rela jika Mada harus kembali pada Yudha.
"Nda boyeh ya, Pa?"
Yudhis sontak tersadar dari lamunannya itu. Dengan tergesa ia mengangkat tubuh mungil si kembar sulung tersebut. Hatinya mulai merasa bersalah seketika, terlebih Rendi telah menunduk sedih dengan kedua tangan yang mengepal erat.
"Boleh kok. Papa temenin, ya. Kita minta tolong ke kakak perawat dulu buat jagain yang lainnya ya. Maafin Papa tadi sempet ngabain Rendi."
"Bang Jo!"
Tapi belum sempat ia menghampiri salah satu perawat di ruangan tersebut, suara teriakan si kembar kembali membuatnya tersadar oleh kehadiran putra sulungnya tersebut.
Jonas, sudah beberapa hari ini ia jarang bertemu dengan putranya yang satu itu.
"Biar Jonas yang jagain mereka, Pa."
Ya, meski begitu, setidaknya Jonas tidak bersikap acuh padanya. Bahkan Jonas masih memanggilnya Papa.
"Papa tinggal sebentar dulu ya."
***
"Wahh, gak nyangka ya bakal ketemu kalian di sini."
Jeffran rasa hari ini adalah hari yang paling sial baginya. Setelah tadi ia sempat dikerjai oleh Pak Wijaya, dan sekarang ia bertemu dengan salah satu orang yang paling ia hindari.
Wina, mamanya.
"Wah wah. Akhirnya kita bisa ketemu langsung ya, Alisha. Ternyata seperti ini wajah-wajah yang disukai oleh anak saya."
Jefftan menggeram kesal. Ia tidak suka cara Wina memandang rendah Alisha.
"Jangan bawa-bawa Alisha, Ma!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NEBULA | 00L NCT Dream ft. Mark Lee
Fanfiction"Bahkan di tempat yang mengerikan seperti Nebula saja, masih tersisa harapan di sana." *** Sejak awal tempatnya berada memang sudah mengerikan bagi mereka yang menjadi bagian dari Keluarga Mahendra. Si sulung Jonas yang tak pernah lepas dari bayang...