"Kamu takut sama saya?"
***
Jonas menahan rasa gemasnya ketika melihat Mada yang sudah tertidur lagi di ranjang pasiennya. Gemas sekali kelihatannya, ia jadi merasa kembali pada masa ketika Mada masih menjadi bungsu dalam keluarga Mahendra.
Tangan pria itu bergerak mengusap pelan rambut adiknya. Kini adiknya itu memiliki beban tanggung jawab untuk menjaga adik-adiknya yang lain, sama sepertinya dulu.
Sebagai putra sulung, ia cukup terbantu oleh kehadiran Bang Tama dan Mba Tika yang membuatnya merasakan serunya memiliki seorang kakak. Meski hanya sebagai kakak sepupu yang hanya bertemu di waktu-waktu tertentu saja, Jonas cukup bersyukur karena kehadiran mereka.
Cklekk
"Hai Jo? Ga tidur? Kantung mata lo udah keliatan banget tuh, kayak udah tua!"
Jona tertawa karena candaan Tama yang sebenarnya tidak cukup lucu untuknya. Baru saja ia pikirkan, kakak sepupunya itu sudah datang dan menyambutnya dengan lelucon-lelucon khas bapak-bapaknya.
"Mau tidur sih, tapi Mada lagi manja banget, Bang. Jadi niatnya gue nunggu dia pules dulu."
Ya. Benar apa yang ia katakan. Sikap Mada padanya kini sudah mulai terbuka, bahkan remaja itu tidak segan untuk meminta apapun padanya. Sebuah kemajuan yang luar biasa.
Tama tersenyum maklum, pria yang hampir saja memasuki awal kepala tiga itu lantas meletakkan bungkusan yang ia bawa ke nakas dan setelahnya ia duduk di samping Jonas.
"Gue denger Om Yudhis buat janji minggu ini sama Dr. Mona. Lo pasti inget kan siapa itu Dr. Mona?"
Jonas mengalihkan pandangannya pada Tama yang tengah menatap luruh ke depan. Sungguh ia tak percaya dengan ucapan Tama, tapi pria itu tak pernah berbohong padanya. Ya, tidak mungkin Tama berbohong. Tapi, untuk apa Papa-
"Jo, mending lo tanyain langsung aja ke Om Yudhis. Lo tau kan, pasti ada hal yang serius kalo Om Yudhis udah minta bantuan ke Dr. Mona."
***
"Yaampun, Nak. Maafin ayahnya Isha ya. Orangnya memang suka bercanda gitu."
Jeffran memaksakan senyumnya. Apanya yang bercanda? Ekspresi ayahnya Alisha saja sudah seperti akan menelannya bulat-bulat saat itu juga.
"Iya. Lagipula saya juga gak makan orang kok. Lebih lagi cowok yang badannya kurus kayak kamu."
Oke Jeffran. Sabar, mari kita hadapi cobaan ini!
"Nama kamu siapa tadi?"
Jeffran menatap gugup sosok ayahnya Alisha yang kini tengah duduk di sofa, langsung menghadapnya yang berdiri di samping ranjang pasien. Ekspresi garang dari pria paruh baya itu masih saja membuatnya kesulitan meski hanya sekadar mengucapkan namanya saja.
"J-Jeffran, Pak."
"Udah deh, Yah. Temen Isha jadi ketakutan gara-gara Ayah nih!"
Bukannya berhenti, Ayahnya Alisha malah mendengus kesal dan kembali menatap garang ke arah Jeffran.
"Kamu takut sama saya?"
Jeffran mendadak terdiam. Jujur ia bingung akan menjawab apa. Pertanyaan Ayahnya Alihsa itu seperti jebakan, kesalahan sedikit pun sepertinya akan membuat riwayatnya tamat saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEBULA | 00L NCT Dream ft. Mark Lee
Fanfic"Bahkan di tempat yang mengerikan seperti Nebula saja, masih tersisa harapan di sana." *** Sejak awal tempatnya berada memang sudah mengerikan bagi mereka yang menjadi bagian dari Keluarga Mahendra. Si sulung Jonas yang tak pernah lepas dari bayang...