☆36. Untuk pertama kalinya...☆

1.2K 169 49
                                    

"Aca nda odoh!"

***

Jeffran baru memarkirkan mobilnya di halaman rumah ketika Jonas baru saja akan membuka pintu rumah. Pria jakung itu lantas menghampiri mobil sang adik dan membantu Jeffran untuk menggendong keempat adik kecilnya yang sudah terlelap dengan wajah yang kotor berkat donat yang mereka beli di perjalanan pulang. Lucunya, Harsa masih saja sempat mengunyah donat yang masih tersisa di tangannya dengan mata yang sudah tertutup sebab mengantuk.

Ya, siapa yang tidak lelah jika seharian beraktivitas di luar rumah? Lebih lagi hari ini Harsa sudah menangis dua kali saat bertemu dengan Dokter Mona. Mereka berdua lantas membawa keempatnya ke kamar si kembar. Jonas juga sebelumnya telah merebut potongan donat di tangan mungil Harsa, meskipun membuahkan rengekan dari si gembul tersebut.

Ngomong-ngomong mengenai Dokter Mona, Jeffran jadi teringat hasil pemeriksaan yang Tama berikan padannya tadi. Ia sudah sempat membukanya, tentu ia jadi lebih diam dari sebelumnya.

Tidak pernah terpikirkan olehnya jika Harsa yang ia kenal aktif, ternyata-

"PAPA MADA GAK MAU DI SINI! PAPA PLEASE MADA MAU KELUAR!"

"Mada?!"

Keduanya langsung berlari ke asal suara yang terdengar begitu menakutkan. Jangan lagi-

"PAPA MADA JANJI.. HIKS... HIKSS.. MADA GA AKAN NAKAL LAGI! TAPI JANGAN KUNCIIN MADA DI SINI!"

Jonas dan Jeffran menatap terkejut sang Papa yang berdiri tegap di hadapan pintu gudang sambil terdiam. Entah apa yang dipikirkan oleh pria paruh baya itu hingga tak memperdulikan teriakkan Mada dari dalam yang memohon-mohon padanya.

"Papa?! Kenapa Papa kunciin Mada di Gudang?!"

Berbeda dengan Jonas yang terdiam, Jeffran sudah lebih dahulu menyampaikan protesnya pada sang Papa. Ia tak habis pikir jika Papanya akan tega berbuat seperti itu pada Mada.

Ah, tidak. Bahkan sebelumnya lebih parah dari ini.

"B-Bang Jeff?! Bang Jeff tolongin Mada! Mada takut di sini! Di sini gelap!"

"Pa!"

"Udah berapa kali Papa bilang ke kalian buat jauhin Yudha?!"

Seketika Jeffran terdiam. Ah, Yudha. Pamannya yang satu itu memang selalu menjadi musuh besar Papa. Awalnya ia dan Jonas juga tak setuju karena Papa melarang mereka menemui pamannya itu, karena sebelumnya hubungan mereka tuh cukup dekat. Terlebih Yudha adalah kembaran sang Papa.

Tapi suatu hari, setelah si kembar lahir, hubungan kedua bersaudara itu mulai renggang. Dan Yudhis mulai melarang mereka bertemu dengan sosok Yudha. Yudha pun perlahan menghilang entah kemana setelahnya. Yang mereka tahu, Yudha meneruskan perusahaan milik kakek mereka yang beroperasi di daerah sekitar Jawa Timur.

"Kalian udah berani buat ngelanggar peraturan Papa sekarang! Udah bosen tinggal sama Papa?! Kalian mau ikut sama Mama?! Iya?!"

Ketiga putra Mahendra itu mendadak terdiam. Mada tidak lagi bersuara, sedangkan Jeffran dan Jonas hanya dapst menundukkan kepalanya merasa bersalah pada sang Papa.

"Silakan tinggal bersama wanita itu. Tapi jangan harap kalian bisa ketemu sama si kembar!"

Tidak. Bukan ini yang mereka harapkan. Justru mereka lebih memilih tinggal bersama sang Papa karena mereka juga ingin menjaga keempat adik kecil mereka. Jonas bisa saja tinggal sendiri, tapi ia juga tak tega membiarkan Papa mengurus si kembar sendirian. Terlebih dulu ketika keempatnya lahir, dia lah yang paling bertanggung jawab mengurus keenam adiknya jika Papa tiba-tiba memiliki pekerjaan yang tak dapat ditinggal.

NEBULA | 00L NCT Dream ft. Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang