"Alvin, bangun!" Bentak bu Berlin membuka gorden di kamar putranya.
Alvin mengulet lalu berkata. "Apa sih, ma. Masih ngantuk,"
"Kamu ini emang ya, buruan mandi habis ini kita nganterin papa ke bandara," bu Berlin mengingatkan Alvin bahwa pak Dirga hari ini akan pergi ke London untuk mengurus beberapa urusan bisnisnya.
"Mama sama adek aja yang nganterin, Alvin mau kencan."
Mendengar perkataan tersebut lantas bu Berlin membulatkan matanya lalu mendekati Alvin.
"Cewek yang kemaren kamu ceritain? Kamu udah jadian?" tanya wanita itu memastikan.
"Udah lah. Kalo kelamaan takut kejebak prenjon,"
"Kenapa gak dibawa ke sini!"
"Males,"
"Bawa dia sekarang! Biar kita anterin papa sama-sama,"
"Emang gak terlambat?" Tanya Alvin, takut jika ditinggal lagi oleh ke 3 orang itu.
"Percaya deh sama mama, cepet makannya mandi."
Alvin berlari menuju kamar mandi, menyikat gigi serta mencuci wajahnya.
"Gak mandi?"
"Gak, udah ganteng."
Sesampainya di rumah Rea, pria itu menyelonong masuk begitu saja tanpa permisi terlebih dahulu.
"Re, ganti baju buruan!" Perintah Alvin.
"Loh?" Rea kebingungan karena jadwal jalannya bersama Alvin itu sore, bukan pagi.
"Jangan kayak orang dongo, udah cepetan gue tunggu,"
"Iya-iya bentar."
Setelah itu Rea pergi ke kamar, mengganti baju tidurnya dengan jaket kulit berwarna hitam serta celana levis hitam kebanggannya.
"Bawa motor sendiri atau mau bonceng?" Tawar Alvin.
"Bawa sendiri aja, bentar gue keluarin motor dulu,"
"Ikutin gue dari belakang, hati-hati bawa motornya."
Dengan kecepatan sedang, Alvin menuntun Rea yang ada di belakangnya, para pemotor di jalan juga dengan segan membuka jalan kepada orang yang memang sudah mereka kenal itu.
Setelah kedua orang tersebut sampai di bandara, mereka bertemu dengan bu Berlin dan Alesha yang sedang duduk di salah satu deretan kursi lobi.
"Papa mana?" Tanya Alvin.
"Udah terbang." Jawab Alesha menjilati ice cream yang baru saja ia beli.
Sebenarnya Alvin sudah mengetahui bahwa pasti akan seperti ini endingnya, tapi cowok itu terlalu bodoh untuk mempercayai perkataan keluarganya sendiri.
"Ini pacar kamu? Rea, kan?" Tanya bu Berlin menghampiri Rea lalu mengusap puncak kepala gadis tersebut.
"Jangan pegang-pegang, susah itu ngedapetinnya," ujar Alvin, netra matanya menatap bu Berlin dengan tajam.
"Gak boleh gitu, lagian ini juga calon mantu mama kok." bu Berlin menggandeng Rea pergi.
"Mah, mau kemana!" Pekik Alvin.
"Ke mall, mau belanja."
Rea yang dituntun hanya bisa menuruti perkataan wanita di sampingnya.
"Kamu kesini naik apa, nak?"
"Naik motor tante, hadiah dari Alvin,"
"Oh ya? Mana motornya," ujar Bu Berlin ingin mengetahui hadiah dari putranya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alvin Anggara.
Подростковая литератураTentang seorang ketua geng motor yang belum bisa melupakan mantan kekasihnya, namun anehnya ia bisa diluluhkan oleh gadis sederhana pindahan dari desa. •••• Alvin dan Rea adalah sepasang kekasih baru yang mempunyai teka-teki dalam hidupnya masing...