"Udah belum ngambeknya?" Tanya Alvin mengipasi Rea yang sekarang sedang duduk di kursi yang memang khusus disediakan untuk ratu Crystal.
Reza mengipasi adiknya dari samping kanan, Richo memijat kaki Rea, kemudian Destin dan David menyuguhi cewek itu sepiring makanan serta buah-buahan.
"Gue mau ngambek setahun." Ujar Rea mengerucutkan bibirnya.
Anggota Crystal yang lain sengaja Alvin pulangkan lebih cepat, mengerti dengan perasaan Rea yang cemburu karena tingkah lakunya yang terlalu mencolok ke Azumi tadi. Sedangkan ke 3 cewek Jepang itu sekarang sedang diajak oleh Ica dan Tiara untuk mengelilingi ke indahan lampu malam di Jakarta.
"Udah tau adek gue kalo marah kayak jincuuriki, masih aja lo jailin," ucap Reza datar.
"Tangan gue udah pegel mijetin kaki lo, Re," Richo mempercepat pijatannya.
"Bodoamat, pokoknya malam ini hidup kalian harus diabdiin buat gue." Ujar cewek itu asik dengan buah apel di tangannya.
"Sayang... udah ya ngambeknya, kasian yang lain jadi menderita kayak gitu,"
"Nggak ya nggak!"
Anggota itu hanya bisa menghembuskan nafas kasar, lalu melanjutkan aktivitas dadakan sebagai pelayan ratu Crystal.
Perlahan Rea mulai merasakan kantuk karena pijatan serta angin yang terus dirasakan oleh tubuhnya. Mata gadis itu menutup dengan sempurna dan menciptakan seorang Rea yang kembali pada habitatnya lagi.Reza mencoba mengayunkan tangannya di atas mata Rea untuk memastikan bahwa adiknya sudah benar-benar tertidur.
"Gimana, Za?" Tanya Alvin
"Aman." Reza melempar kardus yang sedari tadi ia jadikan sebagai kipas untuk mengipasi adiknya.
"Yang cewek belum pada balik? Padahal udah larut malem gini," ucap Destin.
"Perasaan gue gak enak." David mengambil ponselnya, lalu menelfon nomor Ica.
"Diangkat?" Tanya Richo.
"Ko, lo bisa ngelacak lokasi, kan?" Tanya David mulai mengambil jaket denimnya gugup.
"Kenapa emang?"
"Buruan lacak. Reza, Alvin, Richo, kalian ikut gue!" Perintah David mengagetkan suasana di malam itu.
"Gue?" Tanya Destin heran.
"Lo di sini, jagain Rea. Markasnya gembok, kalo bisa lo bawa Rea ke ruang rahasia aja."
Kemudian para remaja itu segera menaiki motornya masing-masing. Mengikuti ke mana arah Richo selaku pelacak arah.
"HABIS INI BELOK KIRI!" Teriak Richo, ia tadi sudah menelfon anggota Crystal agar kembali lagi ke markas walau pun hanya beberapa yang aktif, setidaknya untuk berjaga-jaga.
Setelah membelokkan motornya, mereka menemui Ica dan Tiara yang sedang berjuang mindungi para 3 gadis tidak berguna itu.
"Bantuin anjing!" Teriak Ica sembari melawan 2 teman Robi. Sedangkan Tiara harus menanggung beberapa pukulan dari Robi yang beruntungnya masih bisa dia halau.
"Akhirnya dateng juga, bos Alvin anggara," ucap Robi dengan tatapan licik, memberhentikan aktivitas perkelahiannya.
"Mau lo apa sih, anjing!" Sentak Alvin meraih kerah Robi.
"Mau gue... nyawa lo,"
"Itu doang? Ambil aja nyawa gue, asal jangan ambil nyawa anggota-anggota gue!"
"Yakin? Tapi sayangnya gue bukan manusia sejahat lo, yang bisanya cuma marah, emosi, bahkan sampe ngorbanin banyak nyawa demi ngelampiasin semua keluh kesah lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvin Anggara.
Teen FictionTentang seorang ketua geng motor yang belum bisa melupakan mantan kekasihnya, namun anehnya ia bisa diluluhkan oleh gadis sederhana pindahan dari desa. •••• Alvin dan Rea adalah sepasang kekasih baru yang mempunyai teka-teki dalam hidupnya masing...