Sepulang dari rumah Rea, Alvin kembali merebahkan tubuhnya di brankar kasur, sesekali melihat surat yang telah ia dapatkan dari psikolog. Memandang surat tersebut sampai lelap dalam lamunan masa lalunya.
Cowok itu memikirkan hal-hal yang selama ini ia lakukan. Dari mulai kekerasan, penyiksaan, hingga pembunuhan kepada anggota-anggotanya. Sampai suatu saat, ia dipertemukan dengan seorang gadis yang membuatnya cukup yakin bahwa rasa sakit itu sebenarnya bersifat sementara, hanya perlu tekad dari diri sendiri untuk menaklukan rasa sakit tersebut.
Bukan hanya Rea yang sekarang ada di dalam pikirannya, namun ada Reza serta teman lain yang ikut serta menyemangati pria bodoh seperti dirinya. Secara tidak disadari, air mata mulai menetes pelan, lalu tiba-tiba suara gumaman lirih keluar dari mulut Alvin. "Kok manusia-manusia di luar sana pada hebat banget, ya. Atau... jangan-jangan cuma gue satu-satunya manusia yang punya sifat pecundang kayak gini."
Perlahan mata cowok itu mulai menutup, dan kembali melanjutkan gumamannya. "Dari mulai David yang rela jadi barista markas, Reza yang selalu ada buat gue, Richo Destin yang selalu ngehibur gue, Ica Tiara yang selalu bikin gue ketawa sama tingkah konyol mereka, dan terakhir... cewek kuat yang udah berhasil ngerubah gue dari sisi mana pun... "
"... mereka semua ternyata kuat banget, bahkan rasanya gue udah malu dipanggil bos dari Crystal. Gue gak tau kehidupan mereka di luar sana waktu gak ada gue itu kayak gimana, gue gak tau susahnya mereka kayak gimana, yang gue tau cuma senengnya mereka doang. Jangan-jangan bener apa yang pernah di bilang sama Reza, g-gue... cuma manusia pecundang."
"Lo bukan pecundang, lo pria hebat!" Suara yang sangat familiar di telinga Alvin. Cowok itu membuka matanya dan melihat seisi kamar sudah di penuhi oleh seluruh anggota inti.
"Lo hebat, Vin." Lagi-lagi Reza melontarkan kata-kata tersebut di samping Alvin.
"Kalian kapan ke sini?"
"Gak perlu tau, gue ke sini cuma mau numpang WiFi." Ujar Destin dan Richo secara bersamaan.
Alvin mengangguk berusaha acuh dengan keadaan."Emm... Rea mana, Za?"
Reza memalingkan tubuhnya, lalu menunjuk Rea yang sedang asik membaca buku milik Alvin. Sesekali mengelus kepala kucing hitam di pangkuan cewek itu.
"Rea... " Rintih Alvin, kemudian beranjak mendekati gadis tersebut dan memeluknya dari arah belakang.
"Eh Alvin, kenapa kok tiba-tiba meluk?" Rea meraih tangan kekar yang melingkar di pinggangnya.
"Gakpapa, perasaan tadi gue baru aja nemenin lo tidur sama Reza, tiba-tiba udah di sini aja, hehe. Kalo mau ngasih kejutan bilang-bilang dong, Re. Biar gue gak kaget kayak gini." Ujar cowok itu menenggelamkan wajahnya ke leher Rea.
Karena merasa sedikit risih, cewek itu berusaha memalingkan tubuh. Membuat Alvin yang masih nyaman dengan posisinya harus melepaskan pelukannya serta sedikit mundur beberapa langkah.
Setelah berhadapan dengan pria kekar tersebut. Rea menarik tangan Reza serta yang lain agar sejajar dengan dirinya. Membuat Alvin bingung dibuatnya. "K-kalian kenapa?"
Kemudian para anggota inti itu berkata secara bersamaan. "Lo bukan pecundang, Vin. Kita punya masalah hidup sendiri-sendiri yang gak perlu lo tau, dan mungkin lo punya masalah sendiri yang gak kita tau. Tapi apa pun itu, kita bakalan tetep ada buat lo, di saat lo susah mau pun senang, kita cuma pengin ngeliat lo bahagia dengan candaan dari kita, Vin. Karena lo... Bos dari kita semua, bos dari Crystal gang!"
David beranjak satu langkah lebih maju dari barisannya dan berkata. "Makasih udah mimpin Crystal selama hampir 3 tahun, makasih udah ngasih donasi buat bantu bayar kontrakan gue, dan makasih udah nemenin gue di saat gue lagi susah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvin Anggara.
Teen FictionTentang seorang ketua geng motor yang belum bisa melupakan mantan kekasihnya, namun anehnya ia bisa diluluhkan oleh gadis sederhana pindahan dari desa. •••• Alvin dan Rea adalah sepasang kekasih baru yang mempunyai teka-teki dalam hidupnya masing...