Hari kurun berganti, sepertinya seluruh murid yang sedang melaksanakan ujian di SMK negeri mawar itu sudah terbiasa dengan soal-soal mematikan yang setiap hari harus mereka hadapi, sampai pada akhirnya, tepat di hari Jum'at Destin sudah tidak tahan dengan lembar soalnya dan memutuskan untuk diam-diam bolos dari sekolah.
"Vid, ikut gue," bisik Destin.
"Ke mana?"
"Bolos!"
"Gila kali lo, bentar lagi selesai ujian nge, sia-sia perjuangan belajar gue selama ini,"
"Emang lo belajar?"
"Y-ya... nggak si, tapi ah au bodoamat gue gak mau ikut jalan sesat lo lagi!"
"Bacot lo,"
"Itu yang belakang, kenapa bisik-bisik?" Ujar pengawas yang sedari tadi mengintai mereka dengan tatapan tajam. Bagaimana tidak? Gerak gerik dari kedua cowok itu saja sudah bisa membuat konsentrasi belajar murid lainnya menjadi terganggu.
"E-engga, pak,"
"Ya udah, lanjutin belajarnya. Kasian yang lain jadi terganggu."
Destin mengangkat tangan kanannya lalu berkata. "P-pak, saya boleh ke toilet gak?"
"Mau ngapain?"
"Ngeslot nomor,"
"Kamu judi!?"
"Matamu, saya kebelet banget ini, pak!"
Sebelum diizinkan, Destin terlebih dahulu berlari ke arah pintu dan meninggalkan kelas dengan nafas terengah-engah.
"Gila dia beneran bolos cug." David bergumam lalu dibalas oleh Ica yang mejanya terletak di sampingnya. "Biarin dia aja yang bolos, lo gak usah ikut." Ica menatap lembar jawabnya datar, tidak menoleh ke arah David agar tidak terlalu mencolok dimata pengawas.
Di sisi lain, kini Destin tengah berjuang dimedan ketatnya penjagaan sekolah. Entah dari mana bocil seperti dia mempunyai mental yang kuat memberanikan diri dengan memutuskan untuk bolos sekolah di hari ujian yang hampir selesai.
Cowok itu memantau tembok belakang, samping kanan kiri, serta gerbang depan yang di jaga ketat oleh para satpam dan penjaga khusus dari Jepang.
"Kalo gue mati konyol cuma gara-gara bolos, gue gak akan maafin sekolah ini!" Gumamnya dalam hati, lalu kembali mengelilingi sekolah dengan cara berlari dari satu tembok ke tembok lain, sampai pada di mana ia menemukan titik cerah agar dia bisa tetap hidup. Yaitu lubang kecil yang terletak di tembok paling ujung sekolah.
Dengan segera, Destin melompat dari persembunyiannya ke arah tembok tersebut, Alvin yang ruangannya dekat dengan tembok itu pun terkejut saat dirinya tidak sengaja melihat Destin dari jendela, dalam hatinya ia ingin sekali berteriak namun bocil setan itu sudah terlebih dahulu memasukkan tubuhnya ke dalam lubang dan berhasil melarikan diri dari sekolah.
"Sial, dia kabur di waktu ujian mau selesai kayak gini?"
"Ada apa, Vin?" Tanya Azumi sembari menyerahkan lembar kertas jawabannya seperti biasa.
"Gakpapa, lanjut."
Akhirnya para remaja itu pun melanjutkan mengerjakan seluruh soal-soal yang sebentar lagi akan terselesaikan.
"Destin bolos, Pin?" Tanya Rea.
"Biarin, hak dia,"
"O-oh... y-ya udah deh,"
"Lo mau ikut bolos juga?"
"Nggak!" Tolak Rea mentah-mentah, kemudian kembali mengerjakan soal yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvin Anggara.
Teen FictionTentang seorang ketua geng motor yang belum bisa melupakan mantan kekasihnya, namun anehnya ia bisa diluluhkan oleh gadis sederhana pindahan dari desa. •••• Alvin dan Rea adalah sepasang kekasih baru yang mempunyai teka-teki dalam hidupnya masing...