19. CALISTA DAN KENANGANNYA.

165 19 0
                                    

Pada akhirnya kamu akan menjadi orang asing yang tau semua tentang rahasiaku.

Hari demi hari berlalu, Rea masih terjaga di rumah sakit wijayasakti itu. Setiap hari teman-temannya yang ia anggap sebagai kakak, akan terus menjenguk dirinya setelah pulang sekolah.

"Kak Ica, bang eja di mana?" Tanya Rea.

"Tunggu aja, nanti bang eja juga ke sini," jawab Ica memelas.

"Kak, kepala Rea sakit."

Ica dan Tiara yang berada di ruang tersebut terkejut saat tiba-tiba Rea memegang kepalanya.

"E-eh tahan-tahan, sebentar kakak panggilin dokter dulu," ujar Tiara berlari ke depan ruangan.

Namun, baru saja ia akan membuka pintu, tiba-tiba Reza datang dengan membawa plastik berisi kue buatannya.

"Bang eja!" Rea tersenyum gembira.

"Loh... adek kenapa? Sakit lagi kepalanya?"

Pria itu meletakkan kue di meja kecil di samping brankar yang Rea singgahi, lalu mengelus puncak kepala adiknya dengan lembut.

"I-iya, sakit banget,"

"Bentar, abang panggilin dokter dulu,"

"Gak usah, udah dipanggilin sama Tiara," halau Ica.

"O-oh yaudah."

Sekitar 15 menit remaja itu menunggu Tiara, namun gadis tersebut belum juga muncul, Rea yang sudah tidak bisa menahan sakit akhirnya menangis dan memeluk Reza.

"Bang, sakit.... " Rintihan Rea seakan menggoncang hati Reza.

Cowok itu mengusap pelan kepala adiknya lalu segera berlari ke ruangan dokter khusus yang sering menangani Rea.

"Dok! Kepala adik saya sakit lagi!" Ujar Reza menggedor pintu ruangan.

"Kami segera ke sana." Jawab dokter itu kemudian mereka berlari ke ruangan di mana adiknya dibaringkan.

Lama Reza dan Ica menunggu di luar, sampai Ica teringat ke sahabatnya yang belum kembali.

"Za... Tiara di mana?" Tanya Ica.

"Gak tau, gue terakhir liat dia tadi, waktu di depan pintu."

Ica yang khawatir kemudian menelfon nomor Tiara, berharap ia baik-baik saja. Namun sulit, nomor temannya itu tidak aktif.

"Za, gue izin nyari Tiara dulu, lo jagain Rea." Ucap Ica meninggalkan Reza.

Ica berlari mengelilingi rumah sakit 3 tingkat tersebut, ia terengah-engah.
Saat Ica sudah pasrah dengan keadaan, netra matanya tertuju ke 2 remaja yang sedang asik berbincang di seberang jalan rumah sakit itu.

"Tiara... dia sama siapa?" Gumamnya.

Tak berfikir lama, ia lalu beranjak menyebrangi jalan, namun saat dirinya sudah dekat dengan Tiara, remaja yang memakai Hoodie hitam di depan cewek itu dengan cepat berlari ke dalam gang.

"Ica... lo ngapain ke sini?" Tanya Tiara.

"Harusnya gue yang nanyain lo, orang temen lagi kesusahan bukannya manggilin dokter malah mangkal," pekik Ica kesal, ia tidak terlalu memperdulikan remaja yang menghindarinya tadi.

Alvin Anggara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang