1.BERUSAHA MENGIKHLASKAN.

770 45 2
                                    

Matahari perlahan mulai terbenam, pertanda malam akan segera datang. Namun, salah satu manusia yang memiliki paras tampan masih melamun di pinggir jendela kamar miliknya, meratapi segala hal yang seharusnya ia ikhlaskan sejak lama.

"Nak? Makan dulu, udah ditungguin papa sama adek." Bu Berlin setia menasihati anak laki-lakinya tersebut, ia tahu bahwa Alvin masih belum bisa melupakan mantan kekasih yang baru mengakhiri hubungan dengannya 2 bulan lalu.

"Suapin, ma. Piringnya bawa kesini." Jawab Alvin tak berkutik sedikit pun. Masih memandang ke indahan senja dan bintang yang perlahan mulai menampakkan sinarnya.

Bu Berlin hanya bisa mengangguki perkataan Alvin, ia mengambil piring berisi nasi dan lauk yang sudah disiapkan tadi sore.

Dengan tlaten wanita paruh baya itu memasukan suapan demi suapan ke mulut putranya.

"Ma, kira-kira Calista sakit gak ya?" Tanya Alvin membuka pembicaraan dikeheningan malam itu.

"Kenapa harus sakit? Lagian dia sendiri yang ngambil keputusan,"

"Tapi, ma-" ucapan alvin menggantung saat Bu Berlin dengan segera menutup mulut cowok itu dengan nasi.

"Tapi apa? Karena ulah dia juga sekarang kamu jadi kayak gini, mama yang sakit hati liat keadaan kamu, Vin,"

"Maaf." Mungkin hanya ini yang dapat Alvin katakan.

Secara empat tahun belakangan ia terlalu memanjakan Calista, tapi semua perjuangannya seperti sia-sia saja.

2 bulan lalu tepatnya pada 19 Februari 2022, ia menemukan gadis cantik tersebut sedang bermesraan dengan Pria lain, Alvin mengenal Pria itu, ia adalah Adrian Bagaskara.
Yang dulunya mantan dari Calista stefani. Sekaligus ketua dari geng BlackRed, musuh bebuyutan Crystal gang yang diketuai oleh Alvin.

Kejadian itu masih teringat jelas dibenak pikirannya. Ia teringat saat Calista mengatakan. "Let's break up." Lalu tanpa rasa bersalah, gadis dan pria di hadapannya melenggang pergi begitu saja, tidak ada penjelasan sama sekali tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Alvin anggaraaa," suara bu Berlin mengagetkan Alvin yang masih melamun.

"Eh iya, mah?"

"Udah belum makannya?"

"Udah, Alvin udah kenyang. Sekarang mau tidur dulu." Ujar cowok itu, lalu menarik selimut bulu kesayangannya.

Bu Berlin menghembuskan nafas kasarnya maklum, lalu mengelus puncak kepala Alvin dan mendaratkan satu kecupan lembut di dahi cowok itu.

Keesokan Paginya, Alvin mulai memasuki sekolah seperti biasa dan melamuni segala hal yang terjadi pada dirinya. Ia rapuh, bahkan untuk saat ini masih bisa dibilang sangat lemah.

"Lo kalo sayang perjuangin, lagian geng sebelah emang gak ada habis-habisnya gangguin kita." Richo berjalan sambil mengomel kecil ke arah Alvin.

"Perjuangin aja, Vin. Jangan kayak pecundang." Ujar David meminum es cekek di tangannya.

"Brengsek!" Tiba-tiba, Alvin memukul meja sekaligus membuat Richo yang sedang duduk di atas mejanya terjatuh ke lantai.

"Alvin!" Bentak salah satu siswi di kelas itu, ia adalah Safira Dewi. Seorang bendahara yang bisa berubah menjadi siluman kapan saja jika menyangkut tentang uang.

"Lo kalo kayak gini nanti mejanya rusak! Bukan lo yang rugi, tapi uang kas yang harus gantiin meja yang lo rusak," lanjut Safira mulai berjalan dari arah belakang, dan kini ia berhadapan dengan cowok yang sering merusak meja itu.

"Dua bulan lalu lo udah habis lima meja, sekali lagi lo ngerusak meja jangan harap lo-"

prakk

Tamparan keras dari tangan pria kekar itu seketika melayang ke pipi gadis yang sedari tadi memarahinya.

Alvin Anggara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang