Pagi hari ini, anggota inti dari Crystal gang tengah sibuk berdiskusi untuk tugas wawancara sosial dengan masyarakat.
Seperti biasa, kelompok mereka akan tetap sama, hanya bedanya tidak ada Ica dan Tiara. Kedua cewek itu harus berpisah dengan kelompok Alvin.
"Re, nanti kita wawancara di daerah gang rumah lo yang dulu aja, gimana?" Usul Destin.
"Ogah, di sana orangnya julid-julid," tolak Rea.
"Hmm, kalo agak jauhan dikit bisa gak sih?" Tanya Alvin antusias.
"Kita mau wawancara, Vin. Bukan hiling hiling apalah itu," jawab Destin meminum es teh yang sudah disediakan.
"Bilang aja lo mabok darat," kekeh Richo.
"Kalo naik motor mah, enggak,"
"Gak ada motor-motor, gue mau pake helikopter bapak gue," Richo mengambil gorengan bagiannya.
"Dih, mau wawancara sama siapa, lo? Pakek helikopter segala," ujar Destin.
"Sama malaikat, nanti gue usulin ke pilotnya buat terbang ke masa depan,"
"Masa depan?"
"Iya, akhirat."
"Udah-udah ah, bukan waktunya bercanda, nanti pulang sekolah kita wawancara di pinggiran jalan aja," sahut Reza memasang netra tajam matanya.
"Pinggir jalan? nge BM truk terus supirnya diwawancara, gitu?" Tanya Destin.
"Lo tolol apa bego, sih? Di pinggir jalan anjing, bukan di tengah," pekik David mengingat bahwa kapasitas otak temannya itu setara dengan otaknya.
"Bayangin Destin nge BM, terus kelindes semua badannya," kekeh Richo.
"Gila, merinding gue njir," Alvin mengusap lengannya geli.
"Ssst. Des, Buruan bayar ini semua, langsung otw aja ayok." perintah Reza mulai meninggalkan kantin tersebut.
Dengan segera Destin membayar semua makanan yang telah dipesan, meski ia hanya meminum beberapa teguk teh milik David, namun sudah menjadi tanggung jawabnya untuk membayar semua makanan yang telah dipesan oleh teman-temannya.
"Di jalan mana, Za?" Tanya Alvin sembari berjalan ke parkiran motor.
"Nanti juga tau," jawab Reza datar, kemudian memakai helm full facenya.
Anggota inti tersebut menaiki motornya masing-masing, lalu mulai menarik gas dengan kecepatan sedang, Rea yang berboncengan dengan Alvin hanya bisa diam karena ia adalah satu-satunya cewek di kelompok itu.
Sepanjang perjalanan hanya ada suara keramaian kendaraan saling berlalu-lalang, sampai pada akhirnya Reza berhenti di suatu tempat yang ramai dengan pedagang kaki lima.
"Mau ngewawancarai yang mana dulu anjir," tanya Richo melepas helm full facenya.
"Gue sama Rea mau ke mall seberang jalan aja," ujar Alvin mengibas-ngibaskan bajunya gerah.
"Gue gak diajak?" Protes Reza.
"Yaudah iya boleh, untung aja abangnya Rea," Alvin memutar bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvin Anggara.
Fiksi RemajaTentang seorang ketua geng motor yang belum bisa melupakan mantan kekasihnya, namun anehnya ia bisa diluluhkan oleh gadis sederhana pindahan dari desa. •••• Alvin dan Rea adalah sepasang kekasih baru yang mempunyai teka-teki dalam hidupnya masing...