Memasuki ujian hari ke 2, seluruh murid SMK negeri mawar mau pun murid Jepang masih tegang karena soal yang begitu sulit terus menerpa otak mereka, baik soal hitungan atau pun soal esay. Namun hal tersebut tidak berpengaruh pada Rea, Alvin, Richo dan juga Azumi, ketiga remaja tersebut dengan giat saling menukar lembar jawabnya masing-masing dan mengisi dengan jawaban yang menurut mereka benar.
Hingga 50 menit berlalu, waktu ujian pun kini di jeda dengan waktu istirahat, semua anggota geng inti diperintahkan untuk berkumpul di kantin terutama David.
"Lo kalo lagi ada masalah bilang, Vid. Kita semua temen lo, kita keluarga lo, kita gak tega kalo liat lo terus murung kayak gitu." Ucap Reza sembil menatap David dengan tajam.
Cowok di depannya hanya melengos, melipat kedua tangannya lalu membuang wajah mentah-mentah, seakan tidak mau berhadapan dengan Reza.
"Lo sebenernya kenapa sih?" Tanya Destin, lagi-lagi David hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan dari siapa pun.
"Lo jangan sok cool gitu bisa gak sih, kutub Utara minder liat lo." Protes Richo.
"David, kamu kenapa?" Suara lembut itu datang dari mulut Ica yang seakan sedang merayu cowok tersebut. "David lagi ada masalah? Sini cerita sama Icaa." Perlahan tangannya mulai mengusap pelan punggung David.
"W-woi kalo mau ena-ena jangan di sini, Ca!" Halau Alvin, dengan segera Ica mengedipkan matanya seolah itu sebuah kode.
Walaupun hanya dengan cara rayuan, justru hal tersebut berhasil membuat cowok dingin itu berpaling ke hadapan Ica, lalu dengan segera David berkata. "Aku gakpapa, Ca. Dari sebelum ujian aku belum disemangatin sama Ica, makannya aku males ngomong."
Mendengar jawab tersebut lantas, seluruh anggota inti yang sedang menikmati makanannya itu terkejut dan tersedak secara bersamaan. "B-bangsat, cuma gara-gara itu!?" Sentak Alvin, lalu David mengangguk seperti manusia tak berdosa.
"Vid, putusin pertemanan kita sekarang," ujar Destin.
"Loh, napa emang?"
"Lo tolol soalnya. Udah tolol, ditambah bego, ditambah goblok, dah pokonya satu paket seluruh ke goblokan diotak lo itu,"
"Gue gak seberdosa itu ye, gue dorong ke neraka baru tau rasa lo!"
"Gak ada, adanya lo duluan yang kepleset,"
"DIEM!" Sentak Rea menggunakan buku yang sedari tadi ia baca, bukan hanya cewek itu, namun disusul oleh tatapan tajam dari 3 cewek Jepang yang sedari tadi serius belajar bersamanya.
"E-eh Rea, Azumi, Eiko, Chuya, kalian rajin banget ya... gimana kalo Apin traktir es teh? Atau ngga es krim deh, kalian suka, 'kan?" Ujar Alvin menggaruk tengkuknya meski tak gatal. Sedangkan Reza bergetar dibelakang cowok itu.
"Njeng, jangan sampe kita diulti lagi kayak kemaren, pantat gue masih ngilu,"
"Sabar cug, ini gue juga lagi ngebujuk!" Bisik Alvin.
"Es krim, es teh, es susu, es marimas, gorengannya tiga porsi, sotonya dua, sekarang!"
"S-siapp!"
"Lo yang bayarin, Vin? Gue sih ogah. Pemasukan gue udah abis," ujar Destin.
"Iye-iye, gue yang bayar."
Setelah Alvin membelikan semua pesanan yang telah para cewek itu pesan, mereka kembali ceria seperti biasa lagi kemudian melanjutkan aktivitas belajarnya kembali.
"Ica jangan cuek lagi ya, David kesepian dari kemaren." Tiba-tiba suara rengekan bernada serak basah itu keluar dari mulut David, dengan manja menggeser-geserkan kepalanya pada pundak Ica.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvin Anggara.
Teen FictionTentang seorang ketua geng motor yang belum bisa melupakan mantan kekasihnya, namun anehnya ia bisa diluluhkan oleh gadis sederhana pindahan dari desa. •••• Alvin dan Rea adalah sepasang kekasih baru yang mempunyai teka-teki dalam hidupnya masing...