53.WAKTUNYA TELAH TIBA.

232 11 1
                                    

Saat masih berpelukan, mereka dikagetkan dengan dokter yang keluar dari ruangan dengan perkataan singkatnya namun bisa membuat seluruh orang yang masih berkumpul itu menangis.

"Apakah sudah ada yang siap mendonorkan jantung?"

"S-sudah, saya, dok," ujar Alvin memajukan langkahnya.

"Baiklah, mari masuk untuk segera mempersiapkan diri,"

"Tunggu, bang," ucap Alesha.

"Hm?"

"Gue mau minta maaf dulu ke lo, gue gak tau kalo gak ada lo lagi nanti gue bakal nyeritain masalah gue sama siapa."

Alvin menundukan tubuhnya agar sejajar dengan Alesha, lalu mengusap puncak kepala adiknya dan berkata. "Adek bang Alvin yang paling cantik, gak boleh ngomong kayak gitu, kamu masih punya mama sama papa, dan mulai sekarang, kamu abang bolehin buat masuk ke Crystal gang. Belajar sama kak Ica sama kak Tiara juga,"

"Apa gunanya masuk ke Crystal kalo gak ada bang Alvin?"

"Terserah Alesha mau masuk atau nggak, semua itu hak Alesha,"

"Kalo itu satu-satunya kemauan bang Alvin, Alesha bakal turutin dan ngejaga Crystal sebaik-baiknya. Alesha masuk!"

Mendengar pernyataan tersebut, semua anggota inti menghembuskan nafas kasarnya lega. Anggota mereka bertambah satu, yang tidak lain adalah adik kandung dari bos Crystal.

"Gue masuk lagi boleh?" Tanya Robi.

Para remaja itu sedikit melirik satu sama lain, lalu Alvin dengan senyum lembutnya berkata. "Semua orang boleh masuk, termasuk lo, Bi,"

"Tapi sebelum itu, gue mau minta maaf dulu ke lo,"

"For what?"

"Maafin gue selama ini nyiksa habis-habisan mental lo, gak seharusnya gue nambah beban dipikiran lo,"

"Tenang aja bro, ma, pa, Alvin minta maaf kalo pernah buat kesalahan ke mama papa, ini waktu terakhir buat ngungkapin semuanya,"

"Mama maafin kamu kok, jangan terlalu terpuruk, mama udah ikhlas,"

"Jawaban papa sama kayak mama kamu..."

"... temen-temen Alvin udah pada ikhlas, 'kan?" Tanya pak Dirga memandang ke seluruh teman Alvin yang masih menahan cairan bening di mata mereka masing-masing, berpura-pura tegar supaya tidak membuat Alvin gugup.

"Ikhlas, om... Vin, gue sebenernya belum ikhlas buat ngelepas lo karena utang di kantin lo ke gue masih banyak, tapi ini bukan urusan kantin, jadi gue berusaha dari kemaren buat ngelupain semua utang-utang lo, gue bakalan kangen sama lo!" Destin memeluk tubuh Alvin dan menangis sejadi-jadinya. Lalu pelukan itu segera dipisahkan oleh David dan Richo agar proses pendonoran jantungnya segera dilakukan dan tidak menghambat waktu.

"Gue gak bakal jauh dari lo semua, selama jantung gue ada di Rea, gue bisa ngerasain semua yang lagi kalian semua rasain, gue pamit."

Alvin memasuki ruangan itu dengan meninggalkan isak tangis yang sudah tidak bisa ditahan lagi oleh teman-teman serta keluarganya.

Reza yang masih terduduk lemas hanya bisa pasrah di pelukan Eiko, ia tidak tahu harus berfikir apa karena pikirannya saat ini benar-benar kosong, antara keselamatan adiknya atau kehilangan nyawa sahabat yang sudah menemaninya.

Mereka semua menunggu dengan doa yang tak henti-hentinya mereka panjatkan sesuai dengan kepercayaan mereka masing-masing, Ica menangis di pelukan David dan begitu pun dengan cowok itu yang merasa kehilangan akan sosok sahabat yang selama ini selalu membantu biaya hidupnya.

Alvin Anggara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang