44.SISTEM PELACAK.

102 11 0
                                    

Kini semua anggota inti yang berada di markas telah dipulangkan oleh Alvin, begitu juga dengan 3 cewek titisan Jepang yang sekarang sudah diantar kembali ke apartemennya masing-masing.
Yang tersisa hanya Reza, Alvin, Rea, David serta Destin yang masih belum bangun.

"Mau pulang sekarang atau nanti?" Tanya Alvin.

"Terserah, gue nurut aja. Lagian di apartemen bang Eja juga gak ngapa-ngapain," jawab Rea berjalan ke arah dapur.

"Ya udah, nginep di sini." Alvin membaringkan tubuh di samping Destin yang masih lelap dalam mimpi buruknya.

"Mau kopi gak?" Tawar Rea.

"MAU!" Jawab para cowok itu serempak.

Kemudian dengan tlaten Rea membuat kopi tersebut, sedangkan anggota cowok yang tersisa kini sedang bingung memikirkan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Lo tau gak, Vin?" Tanya David menatap langit-langit markas.

"Gak."

"Kayaknya Robi sengaja ngejebak kita deh,"

"Maksud lo?" Tanya Reza mengernyitkan dahinya.

"Ya... dia dulu kan, mantan anggota Crystal. Dia juga tau kelemahan lo cuma di tante Berlin sama Alesha doang,"

"Terus?"

"Mungkin dia lagi nyari celah di kelemahan lo yang lain, dan akhirnya dia tau kalo kelemahan lo ada di Rea."

"Nih kopinya." Cewek itu keluar dari dapur sambil membawa beberapa kopi untuk anggota yang sedang berbincang tersebut, lalu David melanjutkan perkataannya.

"Makasih, Re. Jadi gini, kalo kita selalu jaga-jaga buat ngehindarin ancaman Robi, gimana?"

"Caranya?" Tanya Alvin bingung.

"Kenapa kita gak kepikiran buat nempelin sistem pelacak mini di baju masing-masing anggota, dengan cara yang kayak gitu kita bisa gampang buat nemuin anggota-anggota yang mungkin lagi kena ancaman,"

"Terutama di kerah Rea." Ucap Reza menajamkan netra matanya.

"G-gue?"

"Iya, lo satu-satunya kelemahan Alvin, Re. Besok bang Eja bakal ke toko buat beli alat pelacak sama Alvin, lo di apartemen aja gak usah ke mana-mana,"

"B-besok!?" Alvin membulatkan matanya.

"Iya, kenapa? Berat?"

"G-gak, ya udah. Gue ngikut aja,"

"Terus kira-kira siapa lagi yang bakal dikasih alat pelacak itu, Za?" Tanya David.

"Tante Berlin sama Alesha." Jawab Reza datar, kamudian segera diangguki oleh David dan Alvin. Rea hanya bisa pasrah jika kerahnya akan ditempeli benda aneh seperti itu. Namun apa boleh buat, itu semua juga demi kebaikan dirinya sendiri.

"Vin, tidur yu. Gue udah ngantuk," ajak Rea mengarah ke salah satu kamar markas.

"Lo duluan aja, gue sama yang lain mau ngebahas hal penting dulu." Alvin menyatukan alisnya, lalu segera mengambil kopi yang sudah dibuatkan oleh Rea.

Cewek itu memasuki kamar lalu mengambil posisi senyaman mungkin untuk melanjutkan cita-citanya yang belum tuntas di dalam mimpi.

"Argh, mangga pak Wawan enak banget.... " Gumam Destin. Membuat atensi para anggota di ruangan itu menuju kepadanya.

Alvin Anggara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang