Seiring berjalannya waktu, perlahan luka yang diderita oleh para anggota inti tersebut mulai membaik, sampai sudah tidak ada lagi kata cacat di dalam tubuh mereka masing-masing.
Hari kurun berlalu, musim hujan pun kini sudah berganti menjadi musim panas seperti semula. Minggu cepat berganti, pertanda bahwa ujian sekolah mereka semakin dekat.
Satu minggu sebelum ujian itu tiba, Reza dibuat heran. Lantaran lorong apartemen yang biasanya sepi kini telah dihuni oleh beberapa orang berbahasa asing.
"Mereka siapa, Re?" Tanya cowok itu sambil membawa hasil belanjanya.
"Murid Jepang yang bakal ujian di sekolah kita, untuk sementara waktu mereka bakal nginep di apartemen ini." Jelas Rea sibuk dengan bukunya.
"Kata Richo ada beberapa yang bisa bahasa Indonesia, ya?"
"Iya, tadi gue gak sengaja kedorong sama salah satu murid Jepangnya, terus taunya dia bisa pake bahasa Indonesia. Tapi masih agak baku gitu,"
Mendengar perkataan itu lantas Reza kegirangan di samping adiknya.
"Terus-terus?"
"Terus apa? Terus ya... gue lanjut ke apartemen lah, ngapain juga ngeladenin orang yang belum kenal,"
"Yaa, maksud gue kan, cantik nggak?"
"Namanya juga orang luar negeri, bang. Apa lagi Jepang, beuh demagenya,"
"Fix, dia bakal jadi inceran bang Eja!"
"Emang dia mau sama orang buluk kayak bang Eja?"
"Buluk-buluk gini bang Eja juga inceran para janda kok."
Reza menghembuskan nafasnya kasar, lalu atensi matanya menuju ke pintu apartemen yang membunyikan lonceng.
"Iya bentar." Rea beranjak dari tempat belajarnya, kemudian membukakan pintu apartemen tersebut. Ia melihat ada beberapa siswi Jepang membawa sebekal makanan, salah satunya siswi yang tidak sengaja mendorong dirinya tadi.
"Hallo, maaf atas kesalahan saya tadi," ucap siswi itu sedikit membukukan badannya, pertanda bahwa ia meminta maaf atas ketidak sengajaannya.
Rea canggung bercampur salah tingkah karena ini adalah pertama kalinya ia berbicara dengan orang asing secara tatap mata.
"O-oh... tidak apa-apa,"
"Perkenalkan, nama saya Azumi. Ini teman-teman saya, Chuya dan Eiko,"
Lanjut siswi itu, kemudisn teman-temannya menunduk secara bersamaan. "Saya Chuya, ini sahabat karib saya, Eiko."
"O-oh, seperti itu ya... silahkan masuk," Rea tidak tahu harus melakukan apa, jadi ia sama-sama menunduk walau tidak tau apa arti dari menunduk itu sendiri.
"Terimakasih."
Azumi serta teman-temannya memasuki ruangan Rea yang luas itu, mereka melihat ke sana ke mari seperti orang yang terkagum.
"Ini tehnya, diminum dulu," ucap Reza dari dapur apartemen, mengagetkan ke 3 siswi itu.
"I-iya, terimakasih banyak,"
"Duduk di sini ya, akan aku buatkan makanan." Lanjut cowok itu kegirangan kala melihat wajah dari siswi Jepang itu seperti artis idolanya.
Rea yang sedang duduk menemani Azumi merasa canggung, lalu ia berusaha membuka pembicaraan di keheningan itu untuk menyesuaikan suasana.
"Apakah hanya kalian yang bisa berbahasa Indonesia?"
"Ya, hanya saya dan teman-teman saya," jawab Azumi lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvin Anggara.
Teen FictionTentang seorang ketua geng motor yang belum bisa melupakan mantan kekasihnya, namun anehnya ia bisa diluluhkan oleh gadis sederhana pindahan dari desa. •••• Alvin dan Rea adalah sepasang kekasih baru yang mempunyai teka-teki dalam hidupnya masing...