45.UN (UJIan NASIB).

93 11 0
                                    

Hari demi hari berlalu, kini seluruh siswa siswi di SMK negeri mawar tengah bersiap mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian nasional di hari pertama mereka. Ada beberapa siswa yang overthinking ada juga yang optimis bahwa usahanya pasti akan berhasil, namun kedua hal tersebut tidak berpengaruh bagi Alvin dan Rea. Mereka sudah mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari agar ujiannya berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan apa pun.

"Gue sekelas sama Alvin, Rea, Azumi, Chuya. Yang lain kepisah." Ujar Richo terengah-engah setelah melihat papan urutan nama murid beserta kelas yang akan ditempati.

"Gue sama Ica sekelas gak?" Tanya Tiara antusias.

"Iye, lagian urutan namanya udah diacak sama guru,"

"Yey kita sekelas, Ca!"

"Terus?" Ica memutar bola matanya malas.

"Y-ya gue jadi bisa bisa nyontek lo,"

"Goblok dipelihara lo!"

"G-gue gak sekelas sama bos!?" Protes Destin diangguki oleh Richo.

"Kalo kayak gini ceritanya udah melanggar aturan sila ke lima dipancasila,"

"Maksud lo?"

"Gak adil sama rakyat jelata kayak gue,"

"Seandainya lo rakyat jelata, terus gue apa dong, Des?" Tanya David tersenyum sinis.

"Lebih buruk dari rakyat jelata lo mah, Vid," ujar Alvin menyelinap masuk ke dalam pembicaraan.

"Iye-iye, berteman sama orang kaya emang jadi bahan leluconan doang gue." David berkata sembari meninggalkan teman-temannya.

"D-dia baper?" Tanya Rea gugup.

"Gak biasanya dia kayak gitu,"

"Lagi ada masalah sama lo, Ca?" Tanya Reza.

"Engga, perasaan dari kemaren gue sama dia akur-akur aja,"

"Susul gih, siapa tau dia gak marah lagi."

Baru satu langkah Ica bersiap untuk menyusul David, tiba-tiba tangan kekar menghalaunya dari samping.

"Jangan disusul, dia lagi gak beres," ujar Alvin lalu menurunkan tangannya kembali.

"Maksud lo?"

"Gue juga kurang paham, tapi yang gue tau dia dari dulu kalo ada masalah emang suka kayak gitu,"

"O-oh, ya udah ke kelas aja yu? Gue mau belajar dulu." Tiara menarik tangan Ica dengan erat.

"Bocah bego kayak dia emang bisa belajar?" Tanya Destin.

"Belajar menerima kenyataan mungkin."

Azumi yang masih bingung dengan keadaan pun akhirnya memilih untuk membuka suara.

"Kenapa teman-teman pergi?"

"Tidak apa, mereka akan belajar. Bagaimana kalau kita juga pergi ke kelas?" Ajak Rea memalingkan tubuhnya.

"Boleh." Azumi mengangguk mengeratkan tangannya pada tas yang ia gendong.

"Bagaimana dengan aku dan Eiko?" Tanya Chuya menyatukan alisnya.

"Kaian berdua sama Reza." Jawab Richo membuat Reza bersemangat dibuatnya.

"Azek-azek, sekelas sama istri!"

"Aku hanya mengagumimu!" Sentak Eiko.

"Sama aja, ayok ah buruan. Keburu pengawasnya dateng nanti." Reza menarik tangan lembut di sampingnya, lalu berlari serta melompat-lompat bersama Eiko layaknya anak kecil. "KITA KE PELAMINAN DULU, DAH!"

Alvin Anggara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang