46.HILANGNYA LOGIKA.

89 11 2
                                    

Setelah pulang sekolah, Alvin dan Rea memutuskan pergi ke mall dan berbelanja untuk kebutuhan beberapa Minggu ke depan.
Seperti biasa, Alvin menyerahkan black card miliknya dengan senang hati, begitu juga dengan Rea yang menerima Kartu tersebut tanpa rasa canggung lagi.

"Pin, baju ini bagus gak?" Tanya Rea memakai dress berwarna hitam yang ia pilih sendiri.

"Emh... coba warna yang lebih kalem, kayak pink contohnya,"

"Boleh, bentar ya."

Cewek itu kembali memilih baju dan meninggalkan Alvin sendirian di salah satu kedai ice cream untuk menunggu.

"Ini gimana?"

"Bagus! Coba pake sekarang,"

"Kalo ini?" Rea menunjukkan beberapa baju lagi dari lengan kanannya yang sengaja ia sembunyikan di belakang.

Lantas Alvin pun ternganga dibuatnya. "Y-ya gak sebanyak itu juga kali, Re,"

"Tapi lucu tau." Rea memasang jurus puppy eyes agar Alvin mau menuruti semua baju yang telah ia pilih.

"Ya udah iya, ambil."

Setelah Alvin mengatakan hal itu, segera Rea kembali normal dan tidak memasang raut manja lagi. Alvin hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar, kemudian mencetak senyum maklum lalu mengacak-acak puncak kepala Rea dengan sedikit kasar.

"Mau apa lagi? Mumpung masih di mall, lagian di luar juga mendung. Takut keburu hujan nanti,"

"Mendung? Kita kesininya tadi pake motor atau mobil?" Tanya Rea linglung.

"Motor sayangku... dasar pemuda jompo,"

"O-oh iya juga sih ya, emm hujan-hujanan aja gimana?"

"Nggak! Nanti kamu sakit, lagian barang-barangnya mau dibasahin juga?"

"Telfon sopir kamu, nanti barang-barangnya titipin ke dia. Kita main hujan-hujanan,"

"A-aish! Gak ada bedanya bego!"

"Rea pinter, Apin yang bego. Buruan cepet telfon di luar udah gerimis,"

"Iye-iye, rese. Kamu bayar ke kasir dulu gih, aku tunggu di depan."

Rea mengangguk nurut, lalu mulai berlari ke arah kasir, disusul oleh Alvin yang berjalan santai ke arah parkiran motor sambil menelfon sopir pribadinya.

"Berapa total semuanya, mbak?"

"Dua belas juta tujuh ratus, siapa tau mau nambah lagi, kita lagi ada diskon loh,"

"E-enggak deng, udah cukup hehe."

Rea menyerahkan black card yang ia bawa, lalu segera mengambil belanjaannya dan berlari ke arah parkiran mall yang jaraknya agak jauh dari kasir.

"Gimana? Sopirnya udah ke sini?"

"Lagi otw, hujannya deres banget kayak gini emang mau tetep dilanjut? Nanti kalo kamu sakit aku yang disalahin sama Reza,"

"Santai aja, kita mandi hujan sambil motoran ke apartemen. Nanti kalo ditanyain kenapa basah kuyup, kita jawabnya kehujanan, paham?"

"E-t-tapi... argh ya udah lah, tuh sopir aku udah dateng, buruan kasih barangnya."

Sopir dengan setelan jass lengkap berwarna hitam pekat itu berlari sambil membawa payung ke arah Alvin dan Rea, kemudian dengan segera melaksanakan tugasnya tanpa banyak bertanya.

"Bos gak ikut pulang sekalian? Biar motornya saya yang bawa. Takut nanti bos sakit,"

"Gak, lo pulang aja jagain barang, jangan sampe ada yang lecet,"

Alvin Anggara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang