33.KENDALI EMOSI.

118 14 1
                                    

"Alvin udah nangisnya, gue udah bangun." Ujar Rea, mengelus puncak kepala Alvin yang masih menunduk di brankar kasurnya.

Luka yang Rea alami tidak terlalu parah, jadi dokter membolehkannya untuk pulang.

"M-maafin Alvin, Re. Gara-gara Alvin, Rea jadi kayak gini,"

"Yah... kalo udah bucin mah parah dia." kekeh Richo.

"Vin, berhenti anjing. Lo udah nangis empat jam!" Sentak Ica, ia merasa risih karena harus mendengarkan tangisan bosnya yang terlalu berlebihan.

"Abangnya Rea aja santai, lo lebay!" Sahut Destin sembari mengoreksi berkas wawancaranya.

"Santai matamu!" David menunjuk Reza yang hanya diam melamun di samping Rea.

"Woii! Yang mau rica-rica anakonda bisa DM gue." Tiara memasuki apartemen Reza tanpa permisi, ia membawa 2 plastik makanan yang sudah teman-temannya pesan.

"Bocah setan, ditungguin dari tadi kemana aja lo?" Ujar Richo menarik plastik tersebut.

"Macet tadi, gue gak bisa nyebrang,"

"Terus?"

"Gue pesen gojek buat nyebrangin,"

"Bego!"

"Kayaknya yang tolol bukan lo deh, Ra." Ujar David.

"Maksud lo?"

"Kita yang tolol, udah tau punya temen gobloknya unlimited, masih aja disuruh-suruh, kenapa tadi gak pesen grab aja!"

"DIEM BISA GAK SIH?" Reza menatap teman-temannya tajam.

Sontak anggota di ruangan itu menjadi hening beberapa saat, lalu mulai mengambil bagian makanannya masing-masing.

"Vin, ikut gue." Ajak Reza menarik paksa tangan Alvin.

"A-abang jangan apa-apain Apin!" Rea ingin bangun mengejar Reza, namun tubuhnya masing sangat lemah.

"Lo jangan ikut, Re. Biarin mereka emang udah biasa kayak gitu," ucap Ica menahan tubuh Rea.

"Ke mana, Za?" Tanya Alvin.

"Diem lo, anjing!"

Alvin tidak berani berkutik sedikit pun, ia tahu sekarang Reza sedang dikendalikan oleh kemarahannya sendiri.
Sampai pada di suatu tempat yang gelap dan minim pencahayaan, Reza mendorong tubuh Alvin hingga terhempas beberapa meter.

"Puas lo? PUAS BIKIN ADEK GUE SENGSARA, HAH!?" Pekik Reza mendekati Alvin.

"M-maafin gue, Za. Udah ngebuat hidup Rea jadi terancam," ujar Alvin menyeret tubuhnya menjauh.

"M-maaf? Lo bayangin seorang kakak ngeliat adeknya sendiri dipukul, diseret, lo juga seorang kakak, tapi kenapa lo lemah waktu Rea lagi disiksa!" Bentak Reza mulai menendang Alvin beberapa kali.

"Za, ampun.... "

"Gak ada ampun-ampun lagi buat lo, Vin. Anjing!"

"T-tapi, itu bukan salah gue, Za. Bukan gue yang ngelakuin,"

"Gue tau bukan lo yang mukulin Rea, tapi gara-gara lo, Rea dipukulin!"

Emosi Alvin yang masih belum stabil kini mulai meluap kembali saat ucapan tersebut dilontarkan, ia tidak bisa berkata apa-apa selain mengepalkan tangannya lalu berusaha berdiri kembali.

"BUKAN SALAH GUE, ZA!" Sentak Alvin mengagetkan Reza.

Kini kebalikannya, Alvin memepetkan tubuh Reza ke tembok, namun Reza sangat pintar dalam hal seperti itu, ia mengambil kayu yang ada di belakang tubuhnya lalu dengan cepat menahan kayu itu ke dada Alvin.

Alvin Anggara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang