Bu Berlin dan Alesha masih sibuk dengan belanjaan mereka masing-masing, ditambah menggunakan blackcard milik Alvin membuat hidup mereka berasa menjadi lebih berwarna.
"Ma, habis ini kita ke mana?" Tanya Alesha, mulutnya masih dipenuhi dengan makanan ringan.
"Dufan, mau gak?" Tawar bu Berlin girang.
"Boleh, harus full time!"
Kemudian mereka melanjutkan aktivitasnya, menghabiskan waktu bersama tanpa menghiraukan putra Anggara yang sekarang masih kewalahan dengan campuran resep.
"Masih kurang tujuhratus lagi... kira-kira tiga hari dapet seribu gak ya." Gumam Alvin mengeluh
"Mungkin ini yang dirasain anggota cewek, beruntung banget gue punya Rea. Mau menyadarkan gue meski caranya gak kira-kira kayak gini." Lanjutnya kemudian mulai bersemangat lagi.
Mencampurkan resep-resep yang Tiara catatkan waktu itu, lalu mengoven serta memberi cream secara bergantian.
Sesekali Alvin menghembuskan nafasnya kasar karena kelelahan, namun beruntung di dapurnya tersedia AC jadi tidak terlalu menguras keringat.
Perlahan namun pasti, kini dapurnya sudah mulai dipenuhi oleh kue-kue berbentuk segala jenis siluman itu.
"Kayaknya nanti harus beli mobil lagi buat nganter nih kue." Gumamnya meminum segelas air.
Tanpa berfikir panjang, cowok itu menelfon beberapa dealer mobil untuk mengantarkan kue-kue tersebut di hari yang sudah ditentukan.
-Telfon-
Permisi, benar dengan dealer mobil Jakarta?
Ya, benar.
Tolong anterin mobil lagi ke rumah saya ya, Alvin Anggara.
Oh, tenyata si bos. Oke berapa mobil lagi?
Limaratus mobil sanggup?
Waduh maaf bos, kalo limaratus kami gak sedia. Tapi nanti bisa saya kabarin ke dealer yang lain.
Terserah, yang penting limaratus mobil harus udah ada di depan rumah saya hari Minggu pagi.
Setelah mengatakan hal tersebut lantas Alvinpun langsung mematikan telfonnya serta melanjutkan proses pencampuran bahan.
"Hallo anak pungut mama!" Teriak bu Berlin menggedor pintu dapur namun tidak dihiraukan oleh Alvin.
"Ma... bau kue," bisik Alesha mengendap-endap.
"I-iya, Alvin buka pintunya, nak. Kamu bikin kue gak bagi-bagi ke kita!?"
"Au nih, bang Alvin kalo pelit nanti kuburannya sempit,"
"gue udah beli kuburan VIP. Lagian kuenya gak enak, mama sama Alesha gak usah minta," ujar Alvin dari dalam dapur.
"Kalo gak enak terus ngapain bikin?" Tanya Alesha menggedor pintu dapur yang digembok.
"Uji coba kelenturan tangan."
"... mending sekarang mama sama Alesha ngapain kek gitu jangan ganggu Alvin." cowok itu sengaja mengetuk-ngetukan beberapa panci agar terdengar seperti sedang sibuk.
Bu Berlin dan Alesha yang mendengar ketukan itu pun lantas memalingkan tubuhnya lagi, beranjak ke depan tv lalu membaringkan tubuhnya masing-masing.
"Bang Alvin sebenernya lagi kesamber apaan sih, ma? Tumben dia ke dapur kayak gitu, padahal biasanya cuma nyolong indomie,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvin Anggara.
Roman pour AdolescentsTentang seorang ketua geng motor yang belum bisa melupakan mantan kekasihnya, namun anehnya ia bisa diluluhkan oleh gadis sederhana pindahan dari desa. •••• Alvin dan Rea adalah sepasang kekasih baru yang mempunyai teka-teki dalam hidupnya masing...