52.DONOR JANTUNG.

139 10 0
                                    

Tanpa basa-basi, Robi melepas pisau yang ada di genggamannya dan membuka ruangan tersebut. Destin dengan gugup melepas tali ikatan yang masih melilit ditubuh Reza dan Rea, kemudian kedua remaja itu dengan segera diberangkatkan ke rumah sakit agar tidak terlalu banyak mengalami pendarahan.

"Mama!? Papa!?" Alvin terkejut ketika melihat kedua orang tuanya membawa satu gadis yang wajahnya sekilas mirip dengan Rea, bedanya, gadis itu memiliki tahi lalat di bawah mata.

"Bentar-bentar, gue kayaknya pernah liat lo deh." Ucap Alvin mendekati gadis tersebut.

"Loh, sepupu gue kenapa ada di sini?" Robi sama terkejutnya dengan Alvin, kemudian kedua pemuda itu mendekati cewek yang sedari tadi berdiri di samping bu Berlin.

"Maaf, mama nyembunyiina ini semua,"

"Maksud mama apa?"

"Kalian semua duduk, biar orang tua Alvin yang menjelaskan seluruh kejadian." Ucap salah satu polisi, kemudian para remaja itu diperintahkan untuk melakukan posisi duduk dan antang.

"Sekarang jawab, sebenernya ini kenapa, ma? Dan dia, dia siapa?"

"Dia Sasa, sepupu dari mantan anggota kamu, Robi,"

"Kenapa Sasa bisa sama tante?" Tanya Robi.

"Kamu diem dulu, Bi, ini masalah Tante sama Alvin,"

"I-iya,"

"Alvin, sebenernya dulu Rea cuma ngetes kamu waktu kecelakaan, luka Rea gak begitu parah jadi dia pura-pura amnesia dan bilang kalo dia sebenernya kekurangan banyak darah,"

"T-tapi buat apa, ma!?"

"Buat ngembaliin kestabilan emosi kamu, mama percaya sama Rea karena cuma dia yang bisa ngembaliin semua kestabilan emosi kamu sampai saat ini, dan kamu inget ini siapa?"

"Inget, dia orang yang Alvin donorin darah, 'kan?"

"Iya, gue orangnya. Waktu itu gue kecelakaan parah barengan sama Rea, karena wajah kita berdua mirip dan darah yang cocok sama gue itu cuma darah lo, jadi Rea nolongin gue dengan cara gue yang menerima transferan darah dari lo, gue gak tau kalo gak ada lo, Vin. Mungkin nyawa gue udah ilang saat itu juga."

Mendengar penjelasan tersebut, Alvin  sedikit menggaruk kepalanya karena masih merasa bingung. "Maksud lo?"

"Maksud gue, orang yang waktu itu lo transferin darah tuh bukan Rea, tapi gue,"

"H-hahh!? Kok bisaa!?"

Sasa sedikit menghembuskan nafas kasarnya. "Huft... lo dulu cuma diprank sama Rea, dan semua temen-temen lo di sini udah sekongkol sama anggota keluarga gue buat nyelametin nyawa gue waktu itu,"

"Anggota keluarga lo? Kenapa gue gak tau anjing!" Robi dengan sigap memeluk tubuh Sasa dan menangis di dada cewek itu.

"Y-ya maaf, bang,"

"Maaf kata lo? Kalo gue sampe kehilangan anggota keluarga gue lagi, gue gak akan segan-segan ngehukum diri gue sendiri, Sa!"

"Lo seharusnya berterimakasih ke Alvin, bang. Bukan malah jadi kayak gini,"

"Berterimakasih gimana? Gue malu," bisik Robi.

"Lo minta maaf ke Alvin sekarang, kalo gak ada dia, gue udah mati,"

"Ngomong gitu lagi gue penggal pala lo!"

"Buru gih, gue masih ada acara habis ini."

Sasa melepas pelukan sepupunya, lalu menarik tangan Robi dan Alvin agar mau berjabatan tangan.

"Vin.... "

"Hm?"

"G-gue minta maaf,"

"Gak perlu, harusnya gue yang minta maaf ke lo,"

Alvin Anggara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang