🌻032. Karir Tara

19 10 0
                                    


Secangkir teh hangat tengah dinikmati oleh Valethy, gadis dengan kaos berlengan panjang, dan rambut dikuncir kuda, itu terduduk di teras depan rumahnya, matanya menatap lurus ke depan, kaki satunya berada di atas kaki yang lain.

"Va, lo dengerin gue, nggak?!" suara Gema terdengar dari balik speaker telpon genggam Valethy.

Iya, gadis yang kerap disapa dengan nama Valethu itu, sedang  telponan dengan Gema, patnernya itu.

Valethy terus menyeruput teh, handphone-nya itu tengah dilouds speaker-nya.  "Iya, gue dengerin, kok."

"Jadi apa menurut lo, tentang rencana gue buat ngedate sama Sejuk, keren nggak?" Gema berbicara sambil mengendarai mobilnya, hanya dia yang tahu, ke mana dia ingin pergi membawa laju mobilnya itu.

"Klasik banget cara lo. Tapi ya, gapapa sih, terserah lo aja."

"Come on, i sure, we can do' it."

"Ngelakuin apa, maksud, lo?" Valethy bertanya.

"Destroy." jawab Gema membanting pelan stir mobilnya ke arah kanan.

"Bahasa lo, sok Inggris." cibir Valethy seakan tidak mengaca, kalau dia juga sering berbaca dengan logat bahasa Inggris.

"Ck. Lo nggak bisa seri------" ucapan Gema terputus oleh Valethy.

"Udah. Lebih baik lo kasih gue ide bagus. gimana caranya, biar bisa bikin Brian, makin nempel sama gue."

"Katanya lo cerdik, tapi masa minta bantuan ke gue?" ledek Gema.

"Yaudah, kalau lo nggak mau bantu. Gue matiin nih, telponnya!" Valethy mulai sensi.

"Eh, jangan. Gue ada ide brilian, nih." usut Gema menahan Valethy supaya tidak mematikan sambungan telpon.

"Yaudah kasih tau gue, apa idenya!" titah Valethy.

"Lo tau....., apa yamg bisa bikin luluh seorang cowok, bahkan seorang ibu."

Valethy mengkerutkan keningnya, satu alisnya terangkat ke atas. "Apa?" dia bertanya penuh penasaran.

"Bayi." ucap Gema.

Valethy membulat lebarkan matanya kesal, ide itu bukannya ide yang brilian! Tapi sampah!

"LO GILA?!" teriaknya marah. Namun dia menahan emosinya kembali. "Gini-gini, gue bukan cewek murahan, ya, anjir!"

Gema tertawa kecil. "Oh, ya?" godanya.

"Ide lo sampah. Udahlah, nggak guna gue nelpon lo, gue mat----"

"Lo bisa merekayasa ke kehamilan itu." usut Gema mempunyai siasat.

Valethy memikirkan sejenak perkataan Gema, dia menimang-nimang ide Gema itu di otaknya. Apakah harus dia melakukan itu? Tapi bagaimana kalau dia ketahuan berbohong menyabotase kehamilannya itu? Yang ada, dirinya sendirilah yang akan dipermalukan.

"Nggak, ide lo itu buruk! Gue nggak terima yang itu!" sarkas Valethy menolak mentah-mentah usulan Gema.

Gema menarik nafasnya pelan. "Okeh, kalau gitu, gimana kalau lo nyari muka sama Brian?"

"Nyari muka?" Valethy tidak menangkap jelas maksud dari cowok yang sedang bertelponan dengannya itu.

"Iya, lo berlaku seolah-olah lo itu peduli banget sama Brian, ya pokoknya lo bikin cowok itu makin sayang, dan terpesona deh, sama lo."

"Nah, kalau yang itu, lebih elegan, lha, jatuhnya."  kali ini Valethy memuji, dan menyetujui rencana dari Gema.

"Yaudah kalau git-------"

Ainaya 2 [DUNIA PENUH TOXIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang