🌻037. Senjata Makan Tuan (2)

21 10 0
                                    


037. Senjata Makan Tuan (2)

Beberapa saat sebelummya...

Wanita paruh baya yang bernamakan 'Tara', tampak sedang membuka pintu rumahnya. Lantaran tadi ada yang mengetuk pintu itu. Dipastikan itu adalah teman Ainaya yang telah tiba.

Ceklek!

"Halo, Rara, Azka, Sejuk, Najendral, Tha-----"  Tara tadinya mau menyapa Thaletha, cuma dia heran, kenapa gadis itu tidak ada di sini. "Thaletha mana?"

Tara melihat kembali satu persatu dari mereka. Ternyata benar, tidak ada Thaletha di sini.

"Thaletha nggak bareng kita, Buna, katanya nanti dia nyusul." urai Rara memberitahu Tara.

Tara pun ber-oh ria. "Oh, okey. Kalau begitu, ayo kita masuk." ajak Tara dengan tutur kata lembut.

Di awali oleh Tara yang masuk duluan lalu disusuli oleh satu persatu dari mereka. Dengan posisi pintu yang tidak terkunci lagi.

"Yang calon mantu mah, datangnya lebih awal, ya." sindir Sejuk, dia sengaja menggoda Ainaya, yang tampaknya sudah terlebih dahulu datang.

Ainaya yang tadi memainkan ponselnya itu pun lantas melirik
ke arah teman-temannya. Dengan satu kaki cewek itu menimpa kaki yang satunya lagi.

"Thaletha mana?" tanya Ainaya dia heran sebab tak melihat adanya Thaletha di sini.

"Nanti juga datang." sahut Rara seraya dirinya mendaratkan bungkungnya di sofa itu.
Setelah Rara terduduk, yang lainnya juga ikut-ikutan terduduk.

Selang beberapa menit kemudian datang seorang gadis kecil dengan jepitan rambut berbentuk di kepalanya. Dia jalan dengan santainya

"Mamah... Putri mau beli jajan." rengek Putri, dia mendekati Tara di ujung sofa sebelah kiri sana. Diguncang-guncangkan tubuh Tara itu.

"Ya terus kenapa, Put? Kamu ada duitnya, 'kan?" Tara bertanya pada Putri.

Putri mengangguk. "Iya, ada, Mah. Putri mau minta izin Mamah buat keluar rumah."

"Putri sama Kak Nay----" ucapan Tara disela oleh Putri.

"Nggak mau! Putri maunya sendirian!" tolak gadis kecil ini, dengan bersikeras.

Sebenarnya Tara bisa saja mengizinkan Putri pergi sendirian. Namun hati Tara sangatlah was-was dan khawatir tidak karuan. Karena si Gondrong belum tertangkap. Dan dia bisa saja membahayakan nyawa dari Putri.

Tara menarik hembusan nafasnya, dia cuma memikirkan sejenak permintaan Putri itu. "Okeh, Mamah izinin."

Membuat raut wajah Putri sangat bahagia berseri-seri. "Makasih, Mamah." refleks Putri mencium pipi Tara seraya memeluk wanita itu. Segera dia melompat kegirangan.

"Eits! Tapi inget, ya! Putri, nggak boleh pergi jauh-jauh! Terus kalau ada apa-apa langsung lari, okey?!" Tara mengimbau.

Putri berhenti meloncat-loncat, dia menatap Tara lagi dan dengan cepat mengangukkan kepalanya. "Iya, Mamah!"

"Dan, Putri harus inget. Jurus yang Kak Naya ajarin, waktu itu." celetuk Ainaya tiba-tiba.

"Ingat, dong, Kak!" sahut Putri percaya diri. "Ginikan?"

Putri mengerakkan keduanya tangannya seolah-olah tengah meninju angin yang lewat. "Hiya, hiya, hiya." refleks-nya agar semakin menjiwai.

Ainaya spontan tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lucu dari Putri. Gadis kecil itu melakukan atraksi karate yang gerakannya direka oleh dirinya sendiri.

"Ih, udah, ah! Putri mau jajan!" ketus Putri, jengkel sendiri.

Putri pun segera berlangkah cepat menuju arah luar pintu rumah Tara. Ini pertama kalinya Tara membiarkannya untuk berjalan-jalan sendiri. Tak apa, Putri juga butuh kebebasan, 'kan? Tara tentu tak mau jika dia kesannya nanti malah mengurung Putri.

Ainaya 2 [DUNIA PENUH TOXIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang