Bagi Ainaya, pagi ini sedikit lebih berat daripada biasanya. Jelas, hari Kamis ini sepertu yang dikatakan Brian. Dia segera berangkat kebandara untuk segera terbang ke Semarang, dengan jadwal penerbangan sepagi ini.Ainaya membuka sepasang kelopak matanya, menguceknya sedikit. Dilihatnya jam waker yang terletak diatas bedside table.
04.50 WIB.
Ainaya sontak membelalakan matanya. Ini bisa telat, jadwal penerbangan Brian pukul 06.00, belum dia kerumah Brian memakai motor khasnya, belum ini, belum itu. Okeh dia paniknya berlebihan sih.
Segera Ainaya beranjak bangun dari ranjangnya itu. Kemudian dia terlihat kembali lagi membuka pintu kamarnya dengan menampilkan rambutnya yang basah, dirinya sudah berbaju rapih, paras eloknya sudah tertouch up.
Drtt.. Drttt...
Ainaya tersenyum semeringah, ia tahu persis siapa yang menelponnya itu. Pastinya adalay Brian, yang sudah tidak sabaran.
"Hallo," sapa Ainaya.
"Selamat pagi. Gimana? Udah siap?"
"Pagi. Udah, kok." kata Ainaya menjawab secara sigap.
"Sopir gue, sama gue on the way kesana."
Kening Ainaya terlipat secara keriput. "Lho, pake sopir?"
"Ya, iya, Sayang. Kalau nggak pakai sopir, nanti lo pulangnya gimana?"
"Kan gue bisa ngesot, Bi." celetuknya asal-asalan.
Brian terdengar tertawa dari balik speaker ponsel Ainaya. "Lucu juga."
"Yaudah, gue tunggu ya." pungkas Ainaya ingin mengakhiri telponnya.
"Siap."
Tut.. Tut.
Ainaya menyempatkan diri mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer, di rapihkan rambut itu menggunakan sisirnya.
Sedetik setelahnya ia menatap pantulan dirinya di cermin. Ah, bagaimana bisa dia se-semangat ini ketika Brian akan pergi sedikit jauh, darinya.
Dia bukannya lemah, atau mau egois. Dia cuma.... Ah, tak bisa dijelaskan pakai kata-kata. Ainaya tahu, Brian hanya datang ditengah liburan semester nantinya.
Ainaya membuang hembusan nafasnya pelan keudara, mulutnya mulai bermonolog.
"Gue nggak boleh egois, cinta lambang kekuatan, bukan kelemahan."
"Cinta yang sehat tidak menggekang, tapi membebaskan."
"Gue pasti bisa." finalnya.
......
"Kalau ada cewek cantik. Inget, jangan ditatap lebih dari 5 detik!" Ainaya terus asyik memberikan larangan dan imbauan pada Brian. Katanya Brian jangan ini, jangan itu, pokoknya mendadak Ainaya benar-benar cerewet. Ia sudah sebucin itu pada Brian.
"Berarti kalau ditatapnya selama 4 detik, boleh, dong?" tanya Brian tanpa pikir panjang.
Sontak Ainaya menyubit pelan pinggang Brian itu, remaja laki-laki itu berada disamping bahunya, Pak Zaki, si supir Brian hanya fokus mengendari mobil itu, agar membawanya cepat kebandara. Sesekali Pak Zaki melirik Ainaya dan Brian yang tengah melempar obrolan di bangku belakang kedua. Pak Zaki hanya bisa godek-godek saja melihat tingkah laku mereka dari balik kaca spion dalam mobil.
"Akhh ih lo mah, Nay!" rintihnya, cubitan Ainaya perih-perih sedap bagaimana gitu.
"Awas lo ya!" tunjuk Ainaya. "Kalau sampe tuh mata ngelihatin cewek lain selain, gue, sama Bunda Tara, gue pastiin mata itu akan tercongkel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ainaya 2 [DUNIA PENUH TOXIC]
Fiksi Remaja[ SELESAI ] "Yang lemah, pasti kalah." -nurhmanis in Ainaya 2. "Jangan anggap aku obat, karena pasti aku juga, yang akan nyakitin kamu." -Brian Putra Adeon. "Semua bisa dimaafin, kecuali pengkhiatan, Brian." -Ainaya Putri Adinda. Dia...