018. Pasar MalamMalam ini, beda dengan malam yang lain. Karena, Ainaya dan temannya itu berniat akan menghibur diri mereka, ke Bazar.
Itu semua atas usul Sejuk, dia mengajak teman-temannya itu untuk menghabiskan waktu di sana. Tentu semuanya setuju, mereka sudah berkumpul di pintu masuk Bazar ini. Bukan mereka sih, hanya Sejuk bersama Najendral yang menggandengnya, Rara yang tengah bergandengan juga dengan Azka. Kalau Thaletha dan Sagara? Jangan pertanyakan tentang dua jomblo itu.
Mereka baru saja tiba di tenpat itu, menaiki kendaraan, Thaletha dengan motornya, Najendral dengan motornya lalu memboncengi Sejuk, Azka memboncengi Rara dengan motor Azka. Untuk Sagara? Dia sendiri persis seperti Thaletha.
"Naya belum nyampe?" tanya Thaletha yang sudah tidak sabar mencoba beberapa wahana di sini.
"Belum, kata Naya, kita disuruh masuk duluan." jelas Rara, dia sempat telponan sama Ainaya tadi. Ainaya bilang dia rada ngaret ke sananya.
"Okeh, ayuk." ajak Azka pada temannya itu.
Mereka pun secara berbondong-bondong masuk ke dalamnya.
Tampak ramai, dan seru. Banyaknya wahana yang berada di sini mulai dari komedi ombak, komedi putar, bianglala, kolam pancing dan perahu goyang dan lainnya. Suasananya begitu ramai dan teramat seru, beberapa makanan jenis apapun ada di sini, tak hanya makanan, berbagai games, ada juga yang menjual-jual baju, boneka, ya semuanya tampak bagus.
Terlebih, cahaya-cahaya gemerlang dari beberapa wahana yang nyentrik, mampu membuat pemandangan bagus, menarik perhatian mereka semua untuk menaiki wahana tersebut.
"Hai," sapa gadis dari arah belakang mereka semua. Gadis ini tengah menggandeng gadis kecil bersamanya.
Sontak Sejuk dan lainnya itu menengok bersamaan ke belakang.
"Pinter banget lo, ya. Nggak ada Brian, bawanya Putri biar nggak kelihatan jomblo." cibir Thaletha, menatap ke arah Ainaya yang baru tiba.
"Aku emang nggak boleh ikut, Kak?" Putri menatap Thaletha.
"Boleh sih, haha." Thaletha malah tertawa.
Ah mumpung sudah lengkap sekarang personilnya, mari putuskan, wahana apa kiranya yang bagus untuk di tuju pertama kalinya.
"Eh, mau naik apa dulu, nih?" tanya Rara bersemangat.
"Bianglala, ya?!" ucap Thaletha, dia sangat ingin menaiki wahana itu, itulah yang diincarnya sejak tadi.
Sejuk menggelengkan kepalanya. "Nggak ah, roller coaster, aja!" usul Sejuk.
"Gue maunya naik turangga-rangga." Ainaya berpendapat lain (turangga itu wahana kuda-kudaan).
Rara mendelik malas. Dia punya usul. "Rumah hantu aja, yuk?"
Tiba-tiba semua menatap Rara penuh tatapan horornya, di antara mereka semua, hanya Rara yang agak berani.
"Ru-umah hantu?" Thaletha nyaris menggigil takut. Dia ingat, waktu dulu dia pernah ke rumah hantu, ada hantu kepala buntung yang mengejarnya sampai pintu ke luar.
"Kenapa? Takut ya?" Rara tampaknya meremehkan.
Dibantah oleh Thaletha, yang meneguk salivanya susah payah. "E-nggak kok! Y-audah ayo ke rumah hantu!" gubrisnya penuh keberanian. Mari lihat, sampai tahap mana keberanian gadis itu.
"Sejuk, setuju nggak?" Rara bertanya pendapat Sejuk yang sedang menyadarkan kepalanya pada dada bidang Najendral, keduanya sangat lengket.
"S-etuju aja." Sejuk rada parno sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ainaya 2 [DUNIA PENUH TOXIC]
Novela Juvenil[ SELESAI ] "Yang lemah, pasti kalah." -nurhmanis in Ainaya 2. "Jangan anggap aku obat, karena pasti aku juga, yang akan nyakitin kamu." -Brian Putra Adeon. "Semua bisa dimaafin, kecuali pengkhiatan, Brian." -Ainaya Putri Adinda. Dia...