🌻039. Sembilan Belas Tahun (2)

19 10 0
                                    


039. Sembilan Belas Tahun (2).

Meja beerbentuk bundar telah di sediakan, di atasnya tampak kue yang identik dengan warna coklat, ada chery-nya, dan berlilinkan angka sembilan puluh satu, dengan api yang masih menyala. Serta pula dipenuhi oleh coklat-coklat.

"Ayo, make a wish, dulu." ujar Tara, penuh semangat. Dia begitu semangat kali ini.

Semuanya berkumpul di ruangan tengah dengan posisi membentuk pola lingkaran. Lebih lucunya lagi, Putri mengusulkan ide supaya memakai topi kerucut ulang tahun. Permintaan Putri, adalah perintah bagi mereka semua.

Ainaya memenjamkan matanya sejenak, dia mulai membuat sebuah permintaan dalam hatinya. "Mereka harus bahagia, Tuhan."

Fuhhh!

Prok! Prok! Prok!

Begitu api di lilin telah padam, refleks mereka semua tampak meneprukkan tangan, bahagia.

"Ayo, Kak, potong kuenya!" seru Putri yang sudah tidak sabaran untuk menyicipi kue serba coklat itu.

Tara mengusap rambut Putri yang tengah berada di sampingnya itu. Seraya berkata. "Sabar, Putri..."

Ainaya mengambil sebilah pisau yang terbuat dari berbahan plastik. Biasa disebut pisau kue ulang tahun.

Ainaya memotong kue itu berpola segitiga, menjadi beberapa potong. Mencukupi jumlah manusia yang tengah menempati ruangan ini. Sepertinya kurang lebihnya, ada sepuluh orang yang berada di sini.

"Potongan pertama, untuk Bunda Tara." ucap Ainaya, semangat. Dia melirik ke arah Tara yang tak jauh darinya. Ainaya mengambil sebuah potongan kue, dia taruh di piring paper plate.

Karena tidak mau kehilangan moment ini, Ainaya lantas menyuapi Tara, dengan tusukan kue.

"Aaaa," refleks Tara, lalu mulai mengunyah kue itu.

Sekilas Ainaya mendapatkan kilas balik, di waktu dahulu dia kecil, dia sering dirayakan ulang tahunnya oleh Riris dan Wawan, bahkan ada juga Galang. Dahulu mereka benar-bener keluarga cemara. Berbanding drastis dengan sekarang. Baik, lupakan yang pahit.

Cup!

Tara mencium kening Ainaya sebagai tanda sayangnya. Membuat Ainaya senang bukan kepalang.

Ainaya lalu beralih kepada Putri. Gadis itu tengah berada di samping Tara, maka Putri harus menghampiri Ainaya untuk sampai padanya.

"Putri mau potongannya yang gede!" rengek Putri meminta.

"Alang mau potongannya yang gede!" sekilas lagi, Ainaya mendapatkan deja vu. Dia ingat persis, saat kecil dulu, Galang pernah mengatakan hal yang sama, dengan apa yang Putri katakan barusan. Ainaya masih smengingatnya dengan sangat jelas.

Air mata pun turun membasahi Ainaya. Entah kenapa dirinya mendadak rindu berat oleh Galang, Riris, dan Wawan. Di mana keluarganya itu? Di mana? Apa tidak bisa, kita kembali lagi seperti dulu?

"Galang, kue ini buat kamu." Ainaya bicara dalam benaknya.

"Aaaaaa," Putri menerima suapan itu dengan setulus hati. Untuk menelan brownis, itu, tak perlu memakan waktu yang lama.

Kali ini Ainaya mau beralih pada Brian, cowok yang sejak tadi terus menerus menatapi kecantikan Ainaya. Ainaya baru saja ingin melengkah ke arah Brian, namun Tara menahan lengannya.

"Shtt.. jangan pacaran, dulu!" ujar Tara. "Yang ulang tahun nggak boleh pacaran! Kalau yang lainnya boleh, ya ges ya?"

"YOII.." sahut mereka serempak. Dengan kegirangan.

Ainaya 2 [DUNIA PENUH TOXIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang