014. Ya, Usaha!
Selepas urusannya dengan kedua preman itu selesai. Tujuan Ainaya sekarang tak lain dan bukan yaitu rumah Tara.
Tentu Ainaya ingin sekali berjumpa dengan Putri. Seusai Ainaya mendengar cerita yang dibawakan oleh Gondrong dan temannya itu. Hatinya kian sesak bagai kehabisan oksigen, satu wajah yang terus terbayang di benaknya, Putri.
Ainaya semakin mengebut sekarang, tak peduli apapun, dia bener-bener ngebet sekali ingin bertemu Putri. Dilaluinya pohon-pohon rindang di pesisir jalan. Terus mengendarai motornya tersebut.
Hingga, tibalah dia di depan gerbang rumah Tara.
Tin-!
Ainaya memberikan sinyal kepada Pak Hendra agar laki-laki paruh usia itu membuka gerbang untuk Ainaya.
Pak Hendra peka, dibukannya gerbang itu secara menyeluruh.
Ainaya lantas masuk ke dalamnya, memakirkan motornya di lahang kosong yang tersedia. Cewek ini melepaskan helmnya, menaruh di kaca spion, segera mencabut kunci motornya dan bergegas masuk.
Matahari sudah tergantikan oleh bulan kala ini, tidak seperti biasanya. Malam ini yang muncul di langit adalah bulan sabit, tanpa adanya bintang.
Ainaya jelonong masuk ke rumah Tara, tentu dia mengucapkan salam lebih dahulu. Aneh, biasanya pintu rumah Tara terus tertutup, biasanya juga ada Tara yang asyik menonton di ruang tamu ini.
Ainaya duga, pasti mereka berdua tengah berada di kamar. Yakin sekali.
Ceklek!
"Kak Nayaaa!!!" pekik girang Putri saat sorot matanya melihat sosok Ainaya yang datang dari balik pintu kamar Tara.
Nah, dugaan Ainaya benar. Tara tengah asyik bermain boneka bersama Putri di kasur.
"Halo Putri." Ainaya menyapa balik, terlihat senyuman di bibirnya itu.
"Lho, kamu ke sini kenapa nggak bilang Bunda?" ucap Tara dirinya menghampiri Ainaya yang terdiri di pintu sana.
Ainaya segera bersalaman dengan Tara, diciumnya punggung tangan Tara itu. Lalu dilepas. "Naya cuma mau main aja, sama Putri." ungkap Ainaya matanya menyorot muka polos Putri.
Tara pun mengangguk paham.
"Bun, kok pintu luar kebuka gitu aja, sih? Nggak ditutup?" tanya Ainaya.
Tara menepuk jidatnya pelan. "Lupa! Bunda belum tutup pintunya."
"Kalau gitu, Bunda tutup dulu, ya. Kamu jaga Putri...., oh iya, nanti Bunda bawain makanan buat Naya." urai Tara.
Ainaya mengangguk senang. Kalau boleh jujur, dia juga lapar bahkan banget.
Tara pun langsung meninggalkan kamar itu bergegas pergi dan menutup kembali pintu kamarnya.
Menyisakan Ainaya dan Putri seruangan, yang bercat putih ini, biasanya kamar Tara hanya polos saja, bercat abu-abu, hanya ada beberapa majalah di kamarnya, bantal-bantal, sprai tanpa motif. Tapi, sesuai adanya Putri, kamar Tara mendadak menjadi kamar bocah. Boneka di mana-mana, sprainya berubah menjadi motif Upin & Ipin, yang lucunya. Dinding kamar Tara penuh dengan coretan krayon yang abstrak, tak beraturan, asal-asalan saja.
Baiklah, Ainaya siap meluncur ke kasur itu bermain boneka bersama adiknya. Adik?
Dugh!
Ainaya membaringkan kasar tubuhnya ke kasur empuk Tara itu. Membuat Putri merasakan lempeng bumi yang bergeser, seperti gempa mendadak.
"Kak Naya 'kan kurus, tapi kenapa pas Kak Naya baring ke kasur, kayak ada gelombang gitu?" celetuk Putri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ainaya 2 [DUNIA PENUH TOXIC]
Tienerfictie[ SELESAI ] "Yang lemah, pasti kalah." -nurhmanis in Ainaya 2. "Jangan anggap aku obat, karena pasti aku juga, yang akan nyakitin kamu." -Brian Putra Adeon. "Semua bisa dimaafin, kecuali pengkhiatan, Brian." -Ainaya Putri Adinda. Dia...