031. Dua Tahun
Sebenarnya liburan mereka ke Bali tak cuma hanya berkunjung ke Pantai Kelingking saja, banyak destinasi tempat wisata di Bali yang dikunjungi mereka. Namun, untuk mempercepatnya, hanya itu saja yang tersorot.
Kembali lagi di kota Jakarta tercinta. Kali ini, Ainaya beserta teman-temannya itu menggunakan kembali jasa Grab, untuk mereka bisa sampai ke rumah Tara, sebagai tempat rehat mereka sejenak. Baru setelah itu, mereka akan kembali ke rumah mereka masing-masing.
Tin-!
Suara klakson mobil terdengar jelas sampai ke telinga Pak Hendra, selaku satpam rumah Tara ini. Seakan klakson mobil tersebut meminta agar Pak Hendra membukakan pintu gerbang.
Pak Hendra yang peka pun segera bergegas membuka lebar pintu tersebut, setelahnya tampak Ainaya dan teman-temannya itu keluar dari masing-masing mobil yang dinaiki mereka.
"Terima kasih, Pak." suara dari Sagara ini terdengar sangat lembut, dia sedang berbicara dengan sopir Grab yang telah membantu dia dan temannya itu dari bandara, sampai ke rumah Tara dengan selanat.
"Sama-sama." jawab Bapak itu.
Semuanya kompak turun dari mobil, dengan memegang rooling koper, mereka masuk ke dalam rumah Tara, kecuali Valethy dan Gema, keduanya memilih diantar oleh Grab, menuju tempat yang berbeda dengan Ainaya dan temannya. Entah ke mana keduanya itu pergi. Mereka tidak tahu-menahu dan enggan juga untuk mencari tahunya.
"Eh, sudah pada pulang, ya." tanya Tara yang antusias sekali, dia memang sudah lama menunggu mereka.......
...... Menunggu oleh-oleh sih, lebih tepatnya.
"Mama!" pekik Putri kegirangan saat melihat Tara, wanita yang sudah dianggapnya seperti ibu kandungnya sendiri.
"Haii, Putri sayangg." Tara tak kalah girangnya, dia berasa sudah tidak lama melihat Putri.
Putri berlari kecil untuk memeluk Tara, sesampainya pun dia segera memeluk wanita paruh baya itu, yang dibalas pelukan juga oleh Tara. Ah sangat manis.
"Brian, lo diselingkuhin sama nyokap lo, ya?" celetuk Sagara bercanda dengan Brian.
Membuat Tara spontan melepaskan pelukannya pada Putri, wanita ini menggoda anaknya. "Uluh, uluh sini Abang Brian."
"Astagfirullah, Buna kita jadi alay begini." cemooh Rara, dia merasa geli oleh aksi Tara tadi.
Tara pun terkekeh. "Hedeh. Udah, udah. Mendingan kita masuk aja, kalian pasti udah pada capek, kan?"
"Pakai ditanya, lagi. Ya jelas capek lha, Buna." Sejuk mengeluh.
"Biasa, Sejuk mah alay Buna, kayak gitu doang, ngeluh sakit." cibir Thaletha tidak berkaca, padahal dia juga tak ada bedanya dengan Sejuk, sejak tadi terus saja mengeluh capek, pegel, pusing, ya pokoknya dia cerewet.
"Tolong dong, kasih Thaletha kaca." Sejuk mulai jengkel kepada gadis yang sejak tadi, terus menyinyirinya melulu.
Tanpa memperdulikan perdebatan antara Sejuk dan Thaletha, mereka semua lantas pergi bergegas masuk ke dalam rumah Tara, seakan sudah tidak sabar untuk bertemu kasur, atau sofa.
"Kak Letha, Kak Letha." Putri menghentikan langkah Thaletha yang baru saja terlihat ingin masuk ke dalam rumah Tara.
"Iya Putri?" sahut Thaletha.
Putri mengulurkan tangannya pada Thaletha, tangannya berisikan sebuah kaca kecil berbentuk bulat sempurna.
"Nih, kaca. Tadi Kata Kak Sejuk, tolong kasih Kak Letha, kaca." Putri melirik benda itu. "Ini kacanya buat Kak Letha."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ainaya 2 [DUNIA PENUH TOXIC]
Novela Juvenil[ SELESAI ] "Yang lemah, pasti kalah." -nurhmanis in Ainaya 2. "Jangan anggap aku obat, karena pasti aku juga, yang akan nyakitin kamu." -Brian Putra Adeon. "Semua bisa dimaafin, kecuali pengkhiatan, Brian." -Ainaya Putri Adinda. Dia...