042. Friend's or Enemy?
Di kantor kepolisian, di balik jeruji sel penjara, Ainaya hanya bisa terdiam memojokkan dirinya. Dia hanya binggung, harus bagaimana dia menjelaskan kepada polisi itu. Dia bukan pelakunya! Bukan dia pelakunya! Namun percuma, mau sekukuh apapun Ainaya membela dirinya. Tetap saja, polisi sama sekali tidak mempercayai sedikitpun ucapannya.
Selang beberapa lama kemudian, datang salah satu polisi, yang langsung membuyarkan lamunan Ainaya, saat ini juga. Polisi tersebut berjalan menuju sel, dan tanpa aba-aba, dia langsung saja membukakan gemboknya.
Membuat Ainaya refleks berdiri dari duduknya, raut wajahnya berseri-seri memampangkan kegembiraan. Dia berasa mendapat kesempatan untuk yang kedua kalinya.
"Saudari Ainaya, Anda kami bebaskan." urai polisi itu.
Yang membuat Ainaya meraut wajah girang, dirinya lantas menganggukkan kepalanya secara cepat, dan bergegas keluar dari jeruji itu. Persetan!
Cewek itu kembali berjalan beberapa langkah menuju ke arah luar kantor polisi. Namun tak berselang beberapa lama, dirinya dibuat terkejut oleh kehadiran Tara, dan juga Rara, di sini.
Mereka tampak sengaja menunggu di sebuah kursi yang terletak tak jauh dari ruangan khusus sel para tahanan dikurung.
"Bun, Ra." setibanya, Ainaya menyapa keduanya dengan senang hati.
"Naya, kamu gapapa, 'kan?" tanya Tara penuh khawatir, dia mengecek seluruh tubuh Ainaya memastikan apakah ada yang lecet atau tidak.
Ainaya tersenyum kecil dan mengangguk. "Ainaya gapapa, Bun. Alhamdulillah,"
Membuat Tara bisa menarik nafas selega-leganya.
"Kita udah khawatir banget sama lo, Nay." ungkap Rara.
Ainaya melirik ke Rara sekilas dengan senang hati. Dia lalu tersenyum manis. "Gue gapapa, Ra."
"Kalian berdua kok bisa ngebebas------"
"Biar Buna ceritain. Tapi kita sambil di mobil, aja, ya? Kita pulang. Rara juga katanya mau nginep, di rumah Bunda. Kamu juga, ya?" Tara memotong cepat perkataan Ainaya, itu.
Ainaya mengangguk cepat sebagai jawabannya. Tak bisa dipungkiri. Saat ini, dia juga sedang butuh Tara, Rara, dan Putri. Maka baiklah, Ainaya setuju untuk menginap.
Ainaya bersama Rara dan Tara pun lantas segera menaiki mobil Tara yang terparkir tak jauh, dari posisi mereka berdiri saat ini.
Ainaya lantas membuka pintu depan mobil, bagian kirinya, dia masuk dan langsung saja menutup pintu itu lagi, seraya terduduk. Kening cewek ini mendadak terlipat kala melihat ternyata ada Putri di belakang------bersama dengan wanita paruh baya? Hei, siapa dia? Mukanya tampak tidak familiar, bagi Ainaya.
"Halo, Kak Naya!" seru Putri menyapa Ainaya dengan senang hati.
Ainaya menengok ke belakang seraya tersenyum pada Putri, rupanya Putri tengah dipangku oleh wanita paruh baya, itu.
Brakh!
Suara pintu mobil yang tertutup mengalihkan pandangan Ainaya. Tara dan Rara kompak menutup pintu mobil, dan terduduk.
Tara pun mulai menyalakan kembali mesin mobilnya.
"Bun-----"
"Shttt... sebelum kamu tanya, biar Bunda jelasin." Tara memotong kembali ucapan Ainaya, sambil dirinya memasang sabuk pengaman. Dan mulai untuk menyetir.
Mulut Tara mulai bercerita.
"Biar ini, Buna yang atasi."
Setelah berkata demikian, Tara pun secara kesalnya mengangkat kakinya dari ruang tengah ini, masa bodo dengan mereka semua yang masih berseteru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ainaya 2 [DUNIA PENUH TOXIC]
Teen Fiction[ SELESAI ] "Yang lemah, pasti kalah." -nurhmanis in Ainaya 2. "Jangan anggap aku obat, karena pasti aku juga, yang akan nyakitin kamu." -Brian Putra Adeon. "Semua bisa dimaafin, kecuali pengkhiatan, Brian." -Ainaya Putri Adinda. Dia...