🌻040. (Dia) Cewek Munafik

27 10 0
                                    


40. (Dia) Cewek Munafik.

Konflik utama, dimulai!

Mentari telah kembali bersinar lagi, mengantikan kerja sang Rembulan. Sinarnya kerasa hangat. Dan ada langit-langit cerah, yang menambahkan kesan pagi hari ini.

Di kediamaan rumah Sejuk Rasendu. Tampak keluarga kecil itu tengah menjamu sarapan pagi mereka. Hanya dengan sepotong roti. Tapi tak apa, jangan dilihat dari apa yang mereka makan, tapi lihat usaha mereka untuk dapat membeli makanan itu. Lagipula, walaupun begitu, keluarga mereka tampak hangat dan harmonis.

"Sejuk, kamu kenapa, Sayang?" tanya Eli bertutur kata lembut, dengan nada lirih.

Pasalnya, sejak mereka bertiga duduk di meja makan, ini, Sejuk terus saja menekuk wajah cantiknya, itu, seakan sangat muram. Karena itulah, Eli bertanya.

Sejuk menggelengkan kepalanya. "Gapapa, Bu, cuma lagi binggung, aja."

"Binggung napa, lo? Najendral, selingkuh?" celetuk Sagara, menerka-nerka.

"Ya kagak, lha! Gila aja, lo!" sahut Sejuk emosi sendiri mendengar ucapan Sagara, itu.

"Ya terus kenapa? Coba cerita, siapa tau, gue, nggak bisa bantu." kata Sagara lagi.

"Ck. Udahlah, males gue sama lo!" decak Sejuk, mendelik malas.

"Idih!" cibir Sagara.

Eli memutar malas bola matanya itu. Hal ini sering terjadi ketika bertiganya tengah makan bersama. Pasti saja Sejuk dan Sagara akan debat. Entah perihal apapun itu. Sampai kadang Eli, yang harus menengahi. Seperti sekarang.

"Udah, udah, kamu harus cepet ke kampus, 'kan?" Eli melirik Sejuk dengan muka yang penuh serius.

Sejuk mengangguk. "Iya, Bu, tapi masalahnya...."

"Kenapa?" beo Eli, mengkerutkan keningnya.

Sejuk menghela nafasnya, sebagai apresiasi untuk merilekskan dirinya, itu.
"Gapapa, Bu." tandas Sejuk.

Sebenarnya perasaan Sejuk, saat ini, tidak bisa dijabarkan atau diungkapkan dengan kata-kata. Satu hal, dia merasa sangat berat untuk berangkat ke kampus hari ini. Sama halnya dengan Thaletha, semalam, Sejuk pun merasakan firasat yang tidak enak, pada Sagara. Dan karena itulah Sejuk seakan enggan untuk ke kampus, dan ingin hanya menetap di rumah saja, bersama Sagara.

"Bu, kali ini Sejuk, absen aja, ya?" pinta Sejuk, berharap Eli akan mengizinkannya.

"Nggak bisa! Apa-apaan absen! Lo mau jadi anak malas?!" celetuk Sagara, menyahut saja. Padahal Sejuk sedang tidak bicara padanya. Tapi Sagara, nyambung-nyambung aja.

"Ck. Diem deh, lo! Gue lagi nggak bicara, sama lo!" gubris Sejuk, mendecak sebal pada abangnya itu. Ikut campur aja.

Sekarang terlihat ketiganya itu sudah tidak gairah, dan nafsu, untuk menghabiskan roti-roti yang masih bersisa. Ya sebenarnya karena faktor sudah kenyang.

"Kenapa kamu mau absen, Sejuk?" tanya Eli. Seraya meletakkan roti yang tadi dipegangnya ke dalam piring.

"Gapapa, sih, Bu. Hehe." kekeh Sejuk, berbohong. Masa iya dia harus bilang, nggak mau kuliah, maunya sama Sagara. 'Kan nggak gitu. Yang ada dia nggak bakalan diizinin.

"Udah, lo nggak usah banyak reason. Buru sonoh berangkat!" Sagara seakan-akan mengusir adiknya, itu.

Sejuk mendecak. Tapi dia tidak ingin membantah, yasudahlah.

Sejuk menyempatkan diri meneguk air putih yang terisi di dalam gelas. Setelah itu dia lantas berdiri dari duduknya, mengambil tas-nya yang berada di sandaran kursi.

Ainaya 2 [DUNIA PENUH TOXIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang