052. Ekspetasi versus Realita.
PLAK!
"KAMU INI SUDAH SANGAT MEMPERMALUKAN BUNDA, NAY!" teriak Tara marah. Ya, dia baru saja melihat foto yang beredar, terkait Ainaya dan Azka.
"KENAPA KAMU NGGAK PERNAH CERITA SAMA BUNDA, NAY?! KENAPA?!" bentak Tara secara lantangnya. Dia benar-benar merasakan kecewa yang luar biasa pada Ainaya.
"JAWAB BUNDA, NAY, JAWAB!"
"KALAU AINAYA CERITA, APA BUNDA MASIH BISA TERIMA AINAYA?" jawab Ainaya berteriak juga. Dia mengabaikan pipinya yang kerasa panas akibat tamparan Tara.
"BUNDA NGGAK PEDULI MAU BAGAIMANAPUN ITU, ASALKAN KAMU JUJUR DAN CERITA SAMA BUNDA!"
"BUNDA ITU UDAH ANGGAP KAMU KAYAK PUTRI BUNDA SENDIRI!" lanjut Tara, melampiaskan seluruh emosinya yang bergejolak.
Di ruang rumah tamu Tara, keduanya saling beradu mulut, tak hanya ada mereka berdua saja yang ada di sini, tapi ada juga Brian, Putri, dan Rara.
"Kak Rara, Putri takut.." lirih Putri badannya tampak mulai bergetar, dia menarik-narik lengan Rara yang berada di sampingnya.
"Putri tenang, ya." sahut Rara memberikan Putri ketenangan. Rara kemudian berkata lagi. "Buna, kita bisa bicarain ini baik-baik."
Langsung dibentak oleh Tara. "NGGAK BISA, RA! AINAYA, INI SUDAH SANGAT MEMPERMALUKAN SAYA! MAU TARUH DI MANA MUKA SAYA INI?!"
"KALAU SAYA PUNYA MENANTU KAYAK DIA, REPOTASI KELUARGA SAYA BISA HANCUR! KARIR SAYA JUGA BISA TERANCAM!"
Saat ini juga Ainaya bertambah lagi rasa sakitnya. Belum cukup dari pagi tadi. Malamnya? Ia mendapatkan cacian lagi.
"Bun, deng-----" ucapan Ainaya langsung saja dipotong oleh Tara.
"DIAM!" sentak Tara menunjukkan telapak belakangnya. "SAYA MALES DENGERIN SEMUA UCAPAN KAMU!"
"Mahh... jangan teriak ke Kak Ainaya, Putri nggak mau Mamah bentak---"
"PUTRI, DIAM!" Tara menunjuk ke arah Putri disertai wajah sangarnya.
Membuat Putri semakin ketakutan, jantungnya mulai tidak stabil lagi. "Mahhh.." isak Putri. Jantungnya kian merasakan sakit.
"Ibu jangan bentak Putri! Tenangin emosi Ibu!" ujar Brian menengahi, dia tidak mau kalau sampai Tara kehilangan semua kendalinya, dan bisa kelewatan batas.
"GIMANA IBU BISA TENANG, BRIAN! AINAYA INI UDAH MALU-MALUIN IBU!"
"Buna, dengerin Ra---"
"DIAM RARA! BRIAN! MENDINGAN KALIAN BERDUA PERGI DARI SINI, SAYA CUMA MAU BICARA, SAMA AINAYA!" usir Tara secara kasarnya.
Rara memasang wajah yang sepertinya menahan sedih. Dia tidak mau meninggalkan Ainaya sendiri di sini, karena Rara tahu, Ainaya hanya mendapatkan cacian dari Tara. Tapi untuk mempercepat, sebelum Tara tambah murka, Rara segera pergi dari sini, bersama Putri dan di susul Brian.
Menyisakan Ainaya dan Tara yang masih terlibat di dalam cekcok yang terasa semakin panas, rasanya api sedang berkobar-kobar, yang tak akan padam, walau diterpa angin sekalipun.
"Saya kecewa sekali sama kamu
Dia yang sudah saya anggap seperti putri sendiri, malah membohongi saya," celetuk Tara menatap Ainaya kecewa."Bun, sesama wanita, apa Bunda nggak paham, sulit buat ceritanya, Bun. Karena Naya juga niatnya mau lupain itu."
"Terserah!" final Tara. "Intinya, nggak ada lagi tempat buat kamu, di sini!"
"Saya jelas akan lebih pilih karir, dan kehormatan martabat saya, dibandingkan harus menerima kamu sebagai calon istri Brian!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ainaya 2 [DUNIA PENUH TOXIC]
Teen Fiction[ SELESAI ] "Yang lemah, pasti kalah." -nurhmanis in Ainaya 2. "Jangan anggap aku obat, karena pasti aku juga, yang akan nyakitin kamu." -Brian Putra Adeon. "Semua bisa dimaafin, kecuali pengkhiatan, Brian." -Ainaya Putri Adinda. Dia...