028. OneLusa hari ini menjadi hari yang lumayan sibuk daripada hari biasanya. Baru saja pagi hari, tapi Ainaya dan teman-temannya itu sudah sibuk.
Bagaimana tidak? Hari ini mereka akan menuju ke Bali, kota yang diidam-idamankan para turis.
Mereka telah tiba di bandara, bahkan sudah terduduk dibangku pesawat yang telah disediakan. Beberapa saat lagi pun pesawat akan segera berangkat.
"Kak Naya, nanti Putri bakalan mabok, nggak?" Putri sejak tadi secara berulang-ulang terus saja bertanya hal itu.
Gadis manis itu sedang terduduk, di pangkuan Ainaya.
"Ya, enggak dong, Putri. Tapi kalau seandainya nanti Putri mau muntah, bilang Kak Naya, ya." Ainaya menyahut dengan tangannya yang mengelus-elus rambut adiknya itu.Sementara Brian, remaja laki-laki itu sangat suka menikmati pemandangan langit dari atas pesawat sini, dia kembali memasangkan earphone pada telingannya, menyantaikan dirinya.
"Kita mau ke mana sih, Kak?" tanya Putri lagi, padahal Ainaya sudah memberitahunya.
"B.A.L.I, alias Bali." Ainaya mengeja.
"Oh, Bali, terus nanti kita ke mana aj------"
"Shtt, Putri tidur aja, ya?" potong Ainaya
Putri menurut. Toh dirinya juga tampak sangat mengantuk, semalaman dia terjaga matanya, karena ulah Thaletha dan Rara yang debat semalaman di kamar Tara. Tadi malam, semua teman Ainaya berkumpul dan bahkan menginap di rumah Tara. Yang ciwi-ciwinya tidur di kamar Tara, yang cowoknya tidur di kamar Brian. Tak perlu khawatir, ruangan kedua kamar itu cukup lega untuk menampung pada syaitan-syaitan itu.
Begitu seru suasana semalam. Para ciwi yang ber-Drakor ria ditemani oleh Tara, sedangkan cowok-cowoknya? Mereka menonton film Barbie and The Diamond Castle.
Yakan? Ngaku kalian!
Baiklah, kembali lagi di pesawat ini.
"Rara, Rara ngantuk nggak?" Azka bertanya. Cowok itu terduduk di kursi tepat di belakang Brian dan Ainaya.
Kalau Thaletha dan Sagara, di samping mereka, bersampingan. Sejuk dan Najendral berada di belakang kursi belakang Thaletha dan Sagara, kalau Valethy dan Gema, mereka berada di kursi depannya Thaletha dan Sagara. Jadi, posisi Valethy dan Gema bersampingan persis dengan Ainaya dan Brian.Rara yang menyandarkan kepalanya di jendela pesawat itu pun lantas menjawab pertanyaan Azka tadi. "Nggak, Ka."
"Kalau laper?" Azka bertanya lagi.
Rara menggeleng kepala. "Nggak juga, gue gumoh ntar kalau kebanyakaan makan." gerutu Rara, pasalnya Azka pasti sudah tahu, kalau sedari tadi Rara asyik memakan ini, itu, kenapa Azka masih bertanya?
"Lo nggak ngantuk, lo nggak laper, hm..., kalau gitu lo pasti gerahkan?" Azka ngelantur.
"Hidung lo lope! Mana ada gue gerah!" gerutu Rara lagi, padahal jelas, suhu di dalam pesawat ini sangat begitu sejuk.
"Berarti kalau git--------"
"Shtttt, diem lo! Berisik banget daritadi!" potong Rara emosi. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada Azka, mengapa cowok itu mendadak bawel, berisik, melantur mulu, ya tidak jelas intinya.
Azka pun malah cengar-cengir tidak jelas dengan kekehannya. "Hehe. Ra, gue numpang tidur di pundak lo, ya?" izinnya.
"Harus banget izin?" goda Rara.
"Harus, gue nggak berhak lancang gitu aja, soalnya itu-kan tubuh lo, itu pundak milik lo." Azka menyahut.
Rara tersenyum mengangguk sebagai tanda mengizinkan. "Makanya cepat nikahin gue, biar semuanya nanti, jadi milik lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ainaya 2 [DUNIA PENUH TOXIC]
Novela Juvenil[ SELESAI ] "Yang lemah, pasti kalah." -nurhmanis in Ainaya 2. "Jangan anggap aku obat, karena pasti aku juga, yang akan nyakitin kamu." -Brian Putra Adeon. "Semua bisa dimaafin, kecuali pengkhiatan, Brian." -Ainaya Putri Adinda. Dia...