"Sudahlah Chenle! Aku hanya penasaran apakah salah seperti itu!?" Teriak Jisung mulai muak dengan ucapan yang di lontarkan Chenle sedari tadi untuknya tanpa henti seakan-akan menyalahkan dia karena mengetuk pintu kamar Haechan.
"Yak kau sudah berani membentak ku karena laki-laki brengsek yang membuat orang-orang yang ada di dekatmu mati?!!"
Plak
Chenle membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang dia dapatkan, sedangkan sang pelaku yang sadar akan perbuatannya bergerak panik "A-astaga, Chenle aku tidak sengaja— "
"Lee Jisung, aku tidak habis pikir denganmu" Ujar Chenle menatap Jisung dengan perasaan yang bercampur aduk.
Iris Chenle semakin memancarkan tatapan tajam ke arah Jisung yang masih panik dengan keadaan yang di buatnya sendiri "Kau tau bukan bahwa Mark Hyung sendiri yang melarangnya, lalu kenapa kau dengan beraninya melanggar itu semua?"
Jisung meremat surai rambut hitamnya frustasi, tak tau bagaimana harus menjelaskan dengan inci kepada Chenle yang saat ini haus klarifikasi.
"Kau tidak akan mengerti"
"Aku mengerti! Jika kau lupa, aku lebih tua darimu Jisung" Jawab Chenle mengingatkan kepada Jisung, memang Chenle membiarkan Jisung memanggilnya tanpa embel-embel Hyung akan tetapi jika dalam posisi seperti ini Chenle harus mengingatkan anak itu agar tidak membantah ucapan yang lebih tua.
Waktu Jisung hendak pergi keluar terlebih dahulu Chenle menggenggam tangan Jisung membuat penggerakan sang adik terhenti.
Jisung melirik tangan Chenle yang menggenggam telapak tangannya "Apa lagi?"
"Selesaikan pembicaraan kita terlebih dahulu Jisung-ah, tidak sopan."
Sang pemilik nama membalikan tubuhnya kasar dan berhadapan kembali dengan seseorang yang lebih tua darinya "Ucapan apa yang kau harapkan keluar dari mulutku? Aku sudah mengatakannya!"
"Belum"
"Lee Chenle, dirimu tak akan mengerti bagaimana jalan pikir ku"
"Pikiranmu terlalu kanak-kanak" Lanjutnya secara spontan.
Deg
Jantung Chenle berdetak tak karuan, menggertak kan giginya meredam emosi yang tersulut.
Manik kedua anak itu saling berhadapan, melemparkan tatapan tajam semuanya saat ini tak ada yang memberikan tatapan bagai antar saudara seperti biasanya.
"Ucapanmu bisa merusak hubungan persaudaraan, bodoh" Bisik Chenle hampir tak terdengar.
"Baiklah aku pergi." Tanpa pikir panjang Chenle menyambar hoodie yang ada di samping ranjangnya dan pergi meninggalkan Jisung yang masih memandang punggung Chenle.
Jisung menghela nafas berat dan memijat pelipisnya pusing.
"Jisung"
Panggilan tersebut membuat Jisung menatap siapa yang memanggilnya. Itu Haechan.
Alisnya terangkat sebelah.
"Kau meributkan masalah ku dengan Chenle?"
Mau tidak mau Jisung mengangguk.
Anggukan Jisung membuat Haechan menghembuskan nafas panjang, berbahaya jika seperti ini "Kau tau Chenle ke mana sekarang?"
"Molla Hyung"
"Aish apa lagi ini" Gerutu Haechan, memang sedari tadi ia belum mendengar suara motor sama sekali yang keluar.
Atau Chenle menggunakan mobil?
KAMU SEDANG MEMBACA
Equanimity || Nct Dream [END]
Fanfiction[ WAJIB VOTE, KALO NGGA VOTE AUTHOR SLEDING ⚠️ ] 『"Jika seperti ini jadinya, kita impas bukan? Nyawa dibalas dengan nyawa."』 «-Lee Haechan Katanya setiap perbuatan maka harus ada tanggung jaw...