"Haechan-ah maaf aku benar-benar tidak tau! Apakah kau baik-baik saja? Apa ada yang sakit? Kau tidak —"
Haechan menunjukkan telapak tangannya di depan Baekhyun, menyuruh agar pria tersebut berhenti berbicara.
"Hanya sedikit tidak enak badan, karena cuaca dingin ini sudah biasa" Jeno yang mendengar itu malah mengerutkan keningnya binggung, dia ingat jelas beberapa tahun lalu saat Haechan meminum air soda dingin di waktu salju, Haechan tidak apa-apa? Lalu kenapa saat ini mencurigakan?
Ia menggelengkan kepala kuat, membuang pikiran-pikiran yang malah memikirkan moment kebersamaan mereka beberapa tahun yang lalu.
Lamunan Jeno ter buyarkan karena panggilan dari Haechan.
"Jeno-ya, kau sudah paham? Tanyakan sisa nya yang belum kau pahami dengan Chanyeol Hyung atau Baekhyun Hyung, aku harus pulang sekarang" Pamit Haechan terburu-buru sedikit mendesak seraya memasang masker pada wajah.
Hanya takut jika keadaannya yang sangat di luar dugaan terjadi, tidak lucu jika ia tiba-tiba drop di sini bukan?
Chanyeol di pikirannya terbelit rasa khawatir kepada Haechan saat anak itu tadi masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci diri beberapa menit.
Masih sempat-sempatnya Haechan membungkukkan badannya sekilas, memotong perkataan Baekhyun yang belum terucapkan.
Klek
Haechan langsung berlari ke arah lift dan ingin segera masuk ke dalam mobilnya.
Saat melihat Haechan yang berlari seperti sangat terburu-buru membuang para karyawan dan penjaga kembali berdiri sebagai rasa hormat.
"Mengapa aku menjadi sangat gugup seperti ini?" Heran Haechan merasakan perasaan yang sangat amat aneh pada tubuhnya sendiri, telapak tangan itu basah karena keringat.
Mengibaskan telapak tangan beberapa kali mencoba menghilangkan perasaan itu.
Kala merasa sudah sedikit membaik ia kembali melangkahkan kaki panjangnya menuju pintu utama dengan cepat.
Iris mata tak sengaja menangkap seorang pria tua yang seumuran dengan ayahnya.
"Ahjussi kenakan jaketmu, ini dingin" Anak itu hanya menunjuk isyarat jaket yang ada pada salah satu penjaga yang tak mengenakan jaket tersebut.
Haechan memperagakan tanpa berucap, setelah penjaga tersebut mengerti Haechan lantas mengacungkan jempol dengan senyum manis meski tak terlihat karena tertutup oleh masker.
Semua mata tertuju pada punggung Haechan yang menuju ke arah parkiran.
"Tuan Haechan sangat baik seperti mendiang Tuan Renjun, tidak seperti Tuan muda Jeno yang tadi berjalan datar seperti patung berjalan" Bisik salah satu penjaga loby wanita, teman wanita tersebut memukul pelan teman yang baru saja mengatakan itu walaupun ucapan tersebut ada benarnya.
Hari demi hari ia lalui, kini adalah hari terakhir ujian.
Ia menyatukan tangannya kemudian menunduk meminta restu dari Tuhan agar hari ini di berikan berkat dan tidak ada masalah sekali pun.
Setelah sudah selesai memanjatkan doa, Haechan sebenarnya pagi ini lebih berniat untuk pergi ke kelas Jisung dan Chenle. Di tanya untuk apa? Jawabannya tidak apa-apa, hanya ingin melihat apa yang anak itu lakukan.
Baru saja lewat, bahunya bertubrukan dengan seorang siswa yang tampak ketakutan dengan seragam yang basah.
Siswa tersebut langsung beberapa kali menundukkan badan meminta maaf kepada Haechan lalu berlari seakan takut ada sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Equanimity || Nct Dream [END]
Fanfikce[ WAJIB VOTE, KALO NGGA VOTE AUTHOR SLEDING ⚠️ ] 『"Jika seperti ini jadinya, kita impas bukan? Nyawa dibalas dengan nyawa."』 «-Lee Haechan Katanya setiap perbuatan maka harus ada tanggung jaw...