[ WAJIB VOTE, KALO NGGA VOTE AUTHOR SLEDING ⚠️ ]
『"Jika seperti ini jadinya, kita impas bukan? Nyawa dibalas dengan nyawa."』
«-Lee Haechan
Katanya setiap perbuatan maka harus ada tanggung jaw...
Chenle koma, dokter mengatakan bahwa mungkin anak itu akan tertidur lumayan lama.
Dengan nafas yang tidak beraturan Haechan terbangun dari tidurnya, matanya melirik panik ke arah jam dinding yang terpasang pada kamarnya.
Jam 3 pagi.
Mimpi yang sangat tidak masuk akal membuatnya hampir ingin mati saat ini juga, bayang-bayang Chenle dan Jisung yang bertengkar membuat Haechan terpaksa bangun dari ranjangnya dan beranjak ingin mengecek situasi kamar adiknya.
Ceklekk
Bernafas lega kala melihat dari celah kecil pintu kamar Jisung, anak itu sedang tertidur di bawah selimut yang berwarna biru.
Giliran kamar Chenle, Haechan menampakkan senyum tipisnya saat terlihat Chenle yang tertidur di kursi game depan komputer. Ada niatan untuk memindahkan sang adik namun niatnya tertunda karena Haechan bisa melihat seberapa lelapnya Chenle saat ini.
"Dia mungkin tidak akan terbangun jika sedang terlelap" Gumamnya sebelum pada akhirnya memutuskan untuk menggendong sang adik ke atas ranjang.
Haechan menyelimuti Chenle, tanpa di sadari tatapannya berubah sendu "Chenle.. apakah Hyung mu yang bajingan ini memiliki salah kepada mu? Maaf, tidak tau untuk keberapa kalinya"
"Aku hanya takut tentang mimpiku, aku yakin anak baik sepertimu akan di berkati Tuhan kemana pun langkahmu kedepannya" Lanjut Haechan menatap setiap inci wajah adiknya yang dulu selalu menjadi kesayangannya dengan tatapan lemah.
Ia usap pipi tembam itu, Haechan bahkan tidak ingat kapan terakhir dirinya bisa memeluk bahkan menyentuh kulit halus sang adik.
"Jika kau dewasa nanti, jangan tiru semua perbuatan buruk yang pernah Hyung lakukan kepadamu. Kau ingin menjadi pemain basket profesional bukan? Lanjutkan mimpimu hingga dapat meraih yang kau tuju"
Walaupun kenyataannya malah Chenle lah yang berlaku tidak adil dan kasar tapi tetap saja Haechan ingin terus meminta maaf walau dirinya salah atau tidak. Karena menurut Haechan, dirinya akan tetap salah di mata orang lain.
Setidaknya sudah berusaha meminta maaf.
"Pipi mu semakin tembam, jangan tumbuh dulu terlalu cepat ya? Aku takut kau menyelip tinggi badan ku" Kekeh Haechan dengan seulas tawa kecil, anak itu pun pergi dari kamar Chenle setelah selesai mengeluarkan semua ucapan yang terpendam dalam diri.
Mimpi buruk sialan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jeno" Panggil Mark.
"Nee Hyung"
"Apa luka mu membaik?" Tanya Mark ragu, masih ada kekesalan tapi Mark coba lupakan dan ikhlaskan saja. Yang sudah terjadi maka tidak bisa di ulang, bagaimana lagi?
"B-baik, aku sudah mengobatinya dan Hyung Mianhae-yo" Sesalnya, sungguh Jeno menyesal melakukan hal itu.
Si sulung yang mengerti tersenyum tipis "Tentu. Lain kali jangan ulangi itu, kau bisa meminta apapun jika kau ijin Lee Jeno"