Secret [Gyuhan]

2.4K 85 0
                                        

Kim Mingyu/Yoon Jeonghan

Romance/Office AU/NC-17

.

.

-<>-||-< Secret >-||-<>-

.

.

.

"Pokoknya aku tidak mau tahu! Proyek ini harus kita menangkan! Kalian bekerjalah dengan lebih becus!" Titah Jeonghan pada beberapa bawahannya, yang tampak tak berkutik.

Mereka harus mematuhi semua keinginan pria itu mengingat dia, Yoon Jeonghan, adalah putra kesayangan dan satu-satunya dari CEO perusahaan mereka. Hanya Kim Mingyu yang dapat secara tegas dan berani menolak tunduk pada perintah itu. Mingyu merupakan salah seorang general manager di sana dan orang kepercayaan ayah Jeonghan. Di usianya yang terbilang masih muda, ia sudah berhasil mengambil hati Tuan Besar Yoon untuk membantunya mengurus perusahaan, sekaligus mengawasi Jeonghan.

"Kita masih perlu mempersiapkan penawaran yang lebih matang, Jeonghan. Ini proyek besar, tidak bisa terburu-buru." Ucap Mingyu dengan suara lugasnya.

Para karyawan di perusahaan sudah mengenal tabiat Mingyu dan Jeonghan, selayaknya dua kutub magnet -- tidak bisa disatukan. Tapi, siapa yang menyangka bahwa itu semua hanyalah sebuah lakon yang mereka mainkan. Mungkin tidak akan ada yang percaya bahwa Jeonghan si anak CEO manja dan keras kepala adalah anak manis yang patuh pada setiap perkataan dan keinginan Mingyu sang general manager yang stoic. Jeonghan suka melihat Mingyu yang sangat dominan di ranjang, tapi berubah sangat gentle setelah mereka melakukannya.

Ketika orang-orang di kantor pergi makan siang, sepasang pria muda memilih menghilang dari pandangan. Tanpa melepas pagutan bibir liar mereka, Mingyu mendorong tubuh ramping Jeonghan ke sofa di ruang fotokopi kantor mereka -- setelah memastikan ruangan itu terkunci, tentunya. Ia menggigit kecil bibir bawah yang ranum itu, beberapa kali, sampai bengkak dan Jeonghan mengerang. Tangan kecilnya memukul dada bidang Mingyu sebelum berpindah ke gesper celana bahannya.

"You know what to do, baby." Kata Mingyu, nada suaranya memerintah.

Tangan Jeonghan gemetar ketika membuka gesper dan ritsletingnya. Ia sudah tidak sabar ingin merasakan Mingyu-nya di mulutnya. Ia menjilat ujung kepala penis Mingyu yang masih setengah keras lalu mengocok sepanjang batangnya. Suara mengecap dan berdecaknya sangat cabul, tapi Mingyu menyukainya. Mingyu menjambak rambut Jeonghan mendorong belakang kepalanya agar menelan penisnya lebih dalam dan menghisapnya lebih kuat. Jeonghan sempat tersedak beberapa kali saat ujung penis Mingyu menabrak tenggorokannya, membuat air matanya sedikit menggenang.

"Do you want daddy's milk in this pretty little mouth of yours?" Tanya Mingyu, ikut memasukkan jempolnya ke sisi mulut Jeonghan, "Or down there, in your tight naughty boypussy?"

Jeonghan, dengan mulut tersumpal, mencoba menjawabnya, "...hoyhusshy."

Mingyu menyeringai mendengarnya. Ia mengeluarkan penis besarnya yang sudah sangat tegang, dengan precum yang menetes, dari mulut Jeonghan dan melepas celana pria itu dengan sangat tidak sabaran. Jeonghan mengerti dan segera berbalik untuk menungging. Ia bertumpu pada senderan sofa, menunggu benda favoritnya di dalam lubang pink merekahnya.

"Tidak ada pelumas. But this is how you like it, isn't it?" Kata Mingyu menggoda.

Jeonghan menoleh ke belakang dan menjilat bibirnya dengan tatapan sayu.

"Give it to me, daddy~" Ia menggoyangkan bokongnya.

Mingyu tidak tahan untuk tidak menampar pipi bokong putih itu. Hingga meninggalkan bercak kemerahan. Sementara Jeonghan mendesah menikmatinya.

"Aku masuk sekarang, baby..."

Mingyu menggeram rendah sambil menerobos lubang sempit Jeonghan dengan penisnya, yang hanya dilumasi dengan air liur Jeonghan.

"Yeesshh, aahhh... daddy so big!" Pekik Jeonghan pelan, tubuhnya menggelinjang.

Mingyu akhirnya berhasil menjejalkan penisnya seutuhnya di dalam Jeonghan lalu mengusap kedua sisi pinggang kecil Jeonghan.

"What is big, hmm?"

"Your cock! It's huge! It's thick and long and hard!!"

Mingyu tak menunggu lama. Ia mulai bergerak memberi kepuasan untuk mereka berdua. Suara kulit yang saling menampar mengisi ruangan yang dibiarkan remang-remang itu. Jeonghan dapat merasakan urat-urat batang panas itu menggesek bagian dalam lubangnya dan ujungnya menghantam prostatnya tanpa ampun.

"Aah ah ah, daddy! Nnhh..."

"You're so tight, baby! Always so tight and eager for me!"

"You feel so good, daddy! Aannhh, harder!!"

"Don't touch yourself."

Entah sudah berapa lama mereka di sana. Yang pasti, mereka harus menyelesaikannya sebelum waktu istirahat habis. It was supposed to be a quickie. Tubuh Jeonghan terus terdorong akibat hentakan kuat Mingyu di belakangnya. Kakinya melemas, tapi Mingyu menahannya dengan melingkarkan lengan kekarnya pada pinggangnya, dan tangannya yang satu lagi menjaga kakinya tetap terbuka.

"A-aahhh, daddy, let me cum! Pleaseee!!" Pinta Jeonghan dengan suara memelas.

"Bersama-sama, baby. Sebentar lagi..." Jawab Mingyu dengan napas terengah-engah juga.

Tangan Mingyu bergerak untuk mengocok penis keras Jeonghan yang dari tadi terabaikan. Ia menyamakan irama tusukannya dengan kocokannya. Jeonghan merasakan stimulasi yang berlebih dan mulai kehilangan akal sehatnya.

"D-daddy... no, stop..."

Bersamaan dengan permohonan itu, Mingyu menyemburkan mani panasnya, mengisi rongga tubuh Jeonghan sebanyak-banyaknya. Ia menutupi geramannya dengan menggigit pundak mulus Jeonghan. Pinggulnya masih menyentak lambat selama ejakulasinya. Sensasi lubangnya yang terasa penuh mendorong Jeonghan mencapai pelepasannya juga. Bola matanya memutar ke belakang dan lidahnya menjulur. Ia tak mampu menahan kenikmatan yang bertubi-tubi ini.

Ketika mereka berdua sudah lebih tenang, Mingyu mencabut kejantanannya dengan hati-hati. Ia menyaksikan bagaimana sprema kentalnya meluber keluar dari lubang Jeonghan yang masih membuka dan mengatup. Cairan putih itu mengalir menuruni paha bagian dalam kekasihnya. Pemandangan yang sangat erotis dan hanya bisa dimiliki oleh dirinya. Ia mencium bagian pundak Jeonghan yang tadi digigitnya dan membalik tubuh Jeonghan.

Mengelus pipi bersemu Jeonghan, ia memberikan kecupan mesra dan penuh sayang pada pria cantik itu. Lidah mereka bermain dengan satu sama lain. Namun ciuman itu berbeda dengan yang mereka lakukan di awal -- tidak tergesa-gesa karena birahi. Mingyu lalu membantu membersihkan tubuh Jeonghan dan dirinya sendiri dari cairan mereka. Inilah bagian yang paling disukai Jeongan, selain seks hebat mereka. Ia tahu Mingyu memang peduli padanya dan tidak hanya mengejar tubuhnya.

"It was amazing, Gyu. But now I don't think I can walk properly." Gurau Jeonghan, menyentuh ujung hidung Mingyu dengan telunjuknya.

"Maaf, Hanie. I couldn't stop. Well, as if you'd want me to stop." Balas Mingyu sebelum tersenyum jahil.

"Nanti malam di apartemenku?" Tanya Jeonghan dengan nada menggoda.

"Tentu. Bersiaplah untuk full course dariku. I'm gonna make you cry."

Mereka berdua lalu berjalan keluar ruangan fotokopi itu seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

Dan... tanpa menyadari kamera CCTV yang baru terpasang di salah satu sudut langit-langit ruangan itu.

.

.

The End


Hai, kalo ada yg merasa familiar dgn super short story ini, sebenernya aku pernah post ini di privatter twitter ku. Tapi versi jihan. Hehehe

Dan karena aku sadar aku jarang bgt nulis gyuhan yg bener2 pure gyuhan atau end game-nya gyuhan, jadi aku bikin versi ini.

A Book of (Un)happy TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang