You Better Run, Finale [Verhan]

1.2K 77 17
                                    

Chwe Vernon/Yoon Jeonghan, Jeongharem

Angst, Tragedy, Mystery/AU, Supernatural/NC-17

.

.

-<>-||-< You Better Run >-||-<>-

.

.

.

Vernon tidak bisa tidur setelah kejadian kemarin malam.

Ia tak begitu memusingkan ketukan di jendela kamarnya atau suara kaki di lorong, tapi mimpinya tentang Jeonghan dan Seokmin terus berulang di kepalanya. Mengapa ia bisa bermimpi seperti itu. Belum lagi sosok yang berdiri di belakangnya dan mendorongnya. Saat ini pun, sebenarnya banyak makhluk tak kasatmata yang mengawasinya, menempati berbagai sudut kamarnya dan membuat udaranya agak sesak.

Setelah memaksakan dirinya untuk tidur -- kali ini tidak ada yang mengetuk jendelanya pada tengah malam -- ia tiba-tiba berada di sebuah 'dapur kotor' dengan segala perabotannya, tempat proses masak-memasak yang sebenarnya terjadi. Bukan 'dapur bersih' di mana dirinya dan para tamu penginapan bisa mengambil air atau memesan makanan. Ia tidak tahu lokasi tempat itu, mungkin terpisah dari bangunan penginapan. Dan seperti pada lorong menuju ruangan Jeonghan, ada bercak darah di lantai dan gagang pintu ruang yang kelihatannya seperti pendingin bahan makanan.

Tergelitik rasa penasaran, ia menelan ludah dan mendekati pintu besi itu. Sebagian noda darahnya menempel pada telapaknya saat ia memutar gagangnya dan mendorong kuat, tapi ia tidak peduli. Baru sedikit terbuka, ia bisa mencium aroma tajam berhembus dari dalam. Itu membuatnya merasa mual dan mengurungkan niatnya untuk masuk. Ia berjalan mundur, sempoyongan, sampai paha belakangnya menabrak meja di tengah dapur. Ia berpegangan pada meja itu kemudian menghampiri bak cuci piring untuk membersihkan tangannya.

Apa yang dilihatnya di dasar bak itu membuatnya makin ingin muntah. Ia menemukan beberapa potong jari tangan manusia berserakan, dengan ujung bagian yang terputus berlumur darah yang mulai menghitam. Kemudian seseorang memutar gagang pintu dapur itu. Karena terlalu kaget dan panik, ia terjatuh dan bersandar ke salah satu kabinet di sana. Tidak ada celah untuk bersembunyi, kecuali di ruang pendingin. Ia gemetar ketakutan, berdoa untuk keselamatan nyawanya.

Daun pintu berayun dan memperlihatkan Minghao yang menenteng kepala Seokmin dengan menjambak rambutnya di tangan kanannya. Bola mata pria malang itu sudah dicungkil dan mulutnya terbuka menunjukkan lidah yang sudah ditarik hingga tercabik sebagian. Tangannya yang lain memegang sebilah kapak besar yang mengkilat di bawah cahaya lampu. Ada cipratan darah di mata besi itu. Minghao menatapnya bengis dan dingin, seakan siap menerjangnya kapan saja.

Ia memohon pada sang kepala pelayan agar tidak membunuhnya -- ia akan tutup mulut tentang apa yang dilihatnya di sana. Ia berteriak sekuat tenaga ketika Minghao tak menggubris permohonannya dan mendekatinya. Ia berusaha kabur dan meminta tolong. Minghao menangkap pergelangan kakinya dan menyeretnya kembali ke tengah ruangan. Tangannya menggapai-gapai pada pintu sambil terus berteriak. Ia memejamkan matanya erat dan meringkuk di kaki Minghao.

Mungkin ajalnya memang sudah tiba.

Atau jika ini adalah mimpi, ia ingin cepat terbangun.

"VERNON!"

Sebuah suara lantang berdengung di telinganya. Kedua matanya sontak terbuka, melotot. Ia lalu meraup udara sebanyak-banyaknya, dadanya naik turun. Ia bersyukur begitu melihat suasana kamar penginapannya yang familier. Ia mengubah posisinya menjadi duduk dan bergeser ke tengah kasur saat mendapati Jihoon berdiri di sebelahnya. Sepertinya pemuda itu yang menyadarkannya dari mimpi buruk barusan.

A Book of (Un)happy TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang