Wen Junhui as Caspian/Yoon Jeonghan as Soren Sinclair, Jeon Wonwoo as Malachi/Kwon Soonyoung as Nikolai
Angst, Romance, Tragedy, Thriller/Vampire AU, Supernatural/NC-17
.
.
-<>-||-< The Immortal's Canvas >-||-<>-
.
.
.
Obsesi Soren dimulai dengan sebuah bisikan di tengah keramaian.
Bukan bisikan suara, melainkan bisikan visual -- sebuah lukisan yang seharusnya tidak ada. Sebuah undangan anonim yang diselipkan di bawah pintu apartemennya membawanya ke suatu lelang seni bawah tanah yang diadakan di gudang anggur terlantar di jantung kota. Udara di sana terasa pengap, campuran aroma anggur asam, jamur, dan parfum mahal dari para kolektor seni eksentrik yang bersembunyi di balik topeng etika.
Soren, seorang mahasiswa pascasarjana sejarah seni, merasa seperti penyusup di antara mereka, seorang akademisi di sarang ular. Tesisnya, "Kematian sebagai Muse dalam Seni Kontemporer", telah membawanya ke sudut-sudut tergelap dunia seni, ke galeri-galeri bawah tanah dan lelang-lelang pribadi di mana karya-karya yang terlalu mengganggu untuk dipajang di tempat umum berpindah tangan dalam bisikan. Namun, tidak ada yang seaneh ini. Ia merasa terasing bahkan di dunianya sendiri.
Di universitas, rekan-rekannya mendiskusikan keindahan impresionisme atau makna tersembunyi dalam kubisme. Sementara mereka melihat warna dan bentuk, Soren melihat anatomi penderitaan dalam "Saturnus Melahap Putranya" (Saturn Devouring His Son) karya Goya, atau keputusasaan sunyi dalam potret-potret Francis Bacon. Profesor pembimbingnya, seorang wanita paruh baya yang baik hati bernama Dr. Albee, mengkhawatirkan fiksasinya.
"Seni juga tentang kehidupan, Soren," Katanya suatu kali, "jangan sampai kau tenggelam dalam bayang-bayang."
Tapi bagi Soren, bayang-bayang itulah tempat kebenaran berada. Kematian adalah kejujuran tertinggi, muse yang paling tulus. Dan malam itu, ia menemukan sebuah "mahakarya" baginya; benda itu dipajang di atas panggung di bawah sorotan lampu tunggal. Juru lelang, seorang pria pucat dengan senyum yang terlalu lebar, menyingkap kain beludru hitam untuk mengungkapkan kanvas itu. Ruangan yang tadinya penuh gumaman menjadi senyap seketika, keheningan yang sarat akan kekaguman dan sedikit rasa ngeri.
Lukisan itu berjudul "Ekstasis Merah". Judul yang sederhana untuk sebuah penggambaran penderitaan yang begitu rumit.
Lukisan itu menggambarkan seorang pria, mungkin seorang martir atau orang suci yang terlupakan, terikat pada pilar batu. Otot-ototnya tegang seolah-olah ditarik oleh kekuatan tak terlihat, kepalanya mendongak. Kulitnya yang pucat seperti pualam bersimbah darah yang tampak basah, seolah-olah baru saja ditumpahkan. Tapi yang paling menawan adalah matanya. Terbuka lebar, menatap lurus ke arah penonton, dan di dalamnya tidak ada ketakutan atau rasa sakit. Hanya ada ekstasis murni -- sebuah penyerahan diri yang mengerikan pada takdirnya.
Lukisan itu terasa hidup, terlalu hidup.
Soren, yang telah mempelajari ribuan sapuan kuas dari Goya, Caravaggio, dan para maestro lukisan bertema kegelapan lainnya, belum pernah melihat sesuatu yang begitu visceral. Sapuan kuasnya tidak terlihat, warnanya begitu dalam hingga seolah menyerap cahaya. Dan warna merahnya... oh, Tuhan, warna merahnya. Itu bukan merah kadmium atau merah delima. Itu adalah warna merah dari kehidupan itu sendiri, kaya dengan nada biru dari darah vena dan kecerahan arteri. Pigmennya memiliki kepekatan dan tekstur yang hampir organik. Warna itu berdenyut, seakan-akan diawetkan oleh sihir sang seniman, menolak untuk mengering.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Book of (Un)happy Tales
FanfictionBerisi kumpulan drabble/oneshot dengan tokoh utama Yoon Jeonghan dan berbagai pairing-nya. Cerita dapat memiliki happy ending atau sad ending. AU or Headcanon/Various Themes/PG-13 to NC-17 [COMPLETED]
